Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Namun, tanpa dimasak pun sebenarnya jantung pisang bisa dimakan begitu saja. Saat saya kecil, bersama teman-teman saya sering makan jantung pisang mentah.
Cara makannya, pelepah jantung pisang dibuka sampai terlihat bagian putih di dalamnya. Bagian putih itulah yang enak dimakan meski tanpa dimasak.
Lalu pelepahnya juga bisa dimanfaatkan dengan cara dikeringkan untuk kemudian disuwir-suwir menjadi tali pengikat. Terkadang digunakan juga sebagai pembungkus bibit kopi.
Bagian pisang lainnya yang juga biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Batak adalah umbutnya, dari pisang anakan, yang diolah menjadi sayur. Umbut pisang ini juga bisa dimakan tanpa dimasak.
Bonggol pisang sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk dibuat menjadi keripik. Namun, karena orang Batak tak punya tradisi bikin keripik, jadi tak pernah saya melihat orang Batak makan bonggol pisang.
Pisang juga bagi anak-anak merupakan sumber kegembiraan. Semua bagiannya pasti bisa dimanfaatkan anak-anak.
Misalnya, bagian batang pisang bisa dibuat menjadi rakit untuk belajar berenang di tebat atau pelepah daunnya yang bisa dibuat bedil-bedilan untuk main perang-perangan.
Bagian-bagian lain juga tak luput dimanfaatkan, manisan bunganya, kumbang-kumbang kecil yang ada di dalam batang pisang busuk bisa dimakan, kelelawar yang bersembunyi di dalam daun muda yang belum terbuka juga terkadang ditangkap oleh anak-anak.
***
Jadi pada dasarnya, bagi orang Batak Toba semua bagian pohon pisang itu berguna. Tentu perlu dipahami bahwa berbeda suku akan berbeda pula budaya, tafsir terhadap pohon pisang, serta berbeda ragam pemanfaatannya.
Saya hanya menceritakan apa yang sekian puluh tahun saya alami sendiri, khususnya dalam lingkungan masyarakat Batak Toba.
Bagi orang Batak Toba, pisang jelas telah menjadi bagian integral budayanya. Pohon pisang, dengan pelepahnya yang saling-lapis adalah simbol kebersamaan dan keutuhan kerabat dan masyarakat.
Di samping itu pisang juga menjadi sumberdaya ekonomi dan sosial masyarakat. Buahnya yang merupakan sumber penghasilan, daunnya yang selain bisa menjadi sumber penghasilan, juga bisa menjadi perlengkapan makanan saat pesta.
Tak hanya bagi orang dewasa, bagian pohon pisang juga bermanfaat untuk anak-anak sebagai sumber makanan dan alat permainan. Boleh dikatakan pohon pisang itu menjadi basis kreativitas bagi anak-anak.
Namun tentu seiring perkembangan zaman akan ada perubahan. Misalnya, penggunaan daun pisang untuk wadah makanan kini sudah sangat jarang digunakan, sebab acara makan dalam pesta adat Batak kini cenderung individualis.
Jadi, tamu undangan yang datang pun akan makan menggunakan piring dan cangkir masing-masing.
Maka seperti itulah kira-kira sekelumit kisah tentang pisang yang menjadi bagian budaya masyarakat Batak Toba.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pisang dalam Budaya Batak Toba"