Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irmina Gultom
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Irmina Gultom adalah seorang yang berprofesi sebagai Apoteker. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kenali Ciri Obat Ilegal atau Palsu dan Cara Menghindarinya

Kompas.com - 19/09/2023, 11:53 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Tak jarang saya mendengar keluhan seperti kenapa ya sudah minum obat teratur selama dua minggu tapi tak kunjung sembuh juga batuk ini?

Mendengar itu, saya curiga jika obat yang diminum jangan-jangan adalah obat palsu. Dari kejadian itu, apakah banyak dari Anda yang mengalami hal serupa dan mencurigai jika obat yang diminum selama ini adalah obat palsu?

Sampai saat ini, fenomena produksi dan peredaran obat palsu memang bukanlah hal baru. Berdasarkan rilis dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) & European Union Intellectual Property Office (EUIPO), nilai perdagangan obat palsu di skala international mencapai 4.4 juta dollar AS pada tahun 2016.

Sementara itu menurut data dari Pharmaceutical Security Institue (PSI) terdapat peningkatan sebesar 38% dari tahun 2016 ke tahun 2020 terkait perdagangan obat ilegal/palsu secara global.

Salah satu faktor yang paling berkontribusi adalah ekonomi. Masyarakat banyak yang tergoda dengan produk obat yang berharga lebih murah.

Ditambah lagi dari sisi produksi, modal yang diperlukan untuk memproduksi obat palsu boleh dikatakan tidak begitu besar. Sebab, selain bahan baku obat palsu mudah didapat dan harganya murah, mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi juga tak begitu sulit diperoleh.

Selain itu untuk membuat kemasan yang menyerupai kemasan asli obat juga tak sulit dilakukan dengan dukungan teknologi saat ini yang semakin berkembang.

Kebanyakan obat-obat yang dipalsukan adalah obat yang harganya mahal, obat bermerek, dan obat paten yang biasanya paling sering dicari masyarakat.

Faktor lain yang membuat peredaran obat palsu marak adalah para produsen obat palsu itu tidak perlu melakukan proses penelitian dan pengujian (quality control) yang ketat agar kemanan, mutu, dan efikasinya terjamin.

Mereka tidak perlu melakukan itu semua, sebab itu semua memerlukan biaya yang cukup besar. Maka dari itu, tak akan heran bila obat-obat palsu ini bisa dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada obat asli.

Apalagi, di era teknologi yang semakin maraknya ecommerce dan metode belanja online lain, membuat peredaran obat palsu menjadi semakin besar.

Salah satu contoh kasus temuan obat palsu pernah terjadi di Semarang. Modus pelaku adalah mengumpulkan obat-obat yang telah kedaluwarsa dari apotek-apotek, kemudian dikemas ulang (repacking) menjadi obat bermerek (branded) dan dijual kembali dengan harga tinggi.

Lantas bagaimana kita bisa tahu obat yang kita beli obat palsu atau asli?

Apa Itu Obat Ilegal/Palsu dan Seperti Apa Ciri-Cirinya?

Untuk bisa mengetahui apakah obat yang kita beli palsu atau tidak, kita terlebih dahulu perlu memahami apa itu obat palsu atau obat ilegal.

Menurut BPOM, obat ilegal adalah obat tanpa nomor izin edar (NIE) termasuk obat palsu.

Sementara itu, obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki NIE.

Biasanya modus pemalsuan obat dilakukan dengan cara-cara berikut.

  1. Menggunakan bahan obat yang sudah rusak atau tidak memenuhi syarat (substandar);
  2. Hanya menggunakan bahan tambahan obat tanpa memasukkan bahan aktif obat (plasebo);
  3. Mencampur dengan bahan lain yang kelihatannya mirip; hingga
  4. Meniru kemasan produk obat yang sudah beredar di pasar.

Untuk bisa memastikan apakah suatu produk obat yang akan kita beli asli atau palsu, mungkin agak rumit karena harus melalui pengujian atau analisis kimia di laboratorium. Bahkan, saya yang berprofresi sebagai farmasis pun belum tentu bisa langsung mengetahui apakah suatu produk obat asli atau palsu.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Kata Netizen
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Kata Netizen
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari 'Goceng'
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari "Goceng"
Kata Netizen
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau