Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
H.I.M
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama H.I.M adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Beda Standar Pelayanan Turis Asing dan Lokal di Bali, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 31/10/2023, 12:23 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Contohnya, penyewaan sepeda motor yang biasanya disewakan seharga Rp80.000 kepada wisatawan lokal, akan dinaikkan menjadi Rp200.000 kepada wisatawan asing dan mereka tidak merasa keberatan dengan harga tersebut.

Kisah lain dari seorang kakak yang pernah dimintai tolong oleh kenalannya yang orang bule untuk mencarikan suatu barang. Ketika barang yang dicari ketemu dan harga yang ditawarkan padanya adalah harga yang sudah dinaikkan hingga tiga kali lipat, bule tersebut tetap membelinya dan mengatakan bahwa harga barang tersebut tidaklah mahal.

Fenomena ini yang bisa jadi alasan kuat mengapa beberapa kalangan lebih suka melayani wisatawan asing. Alasannya karena lebih menguntungkan jika ditawarkan dianggap masih murah karena di negaranya untuk produk atau layanan serupa harganya lebih mahal.

Para wisatawan asing ketika menghadapi hal yang tak semestinya akan cenderung bersikap lebih fleksibel dan profesional.

Misalnya, ketika mereka makan di sebuah restoran dan mendapati terdapat rambut atau serangga kecil dalam makanannya, mereka akan langsung memanggil pelayan atau manajer restoran tersebut untuk menyampaikan masalah dan meminta solusi seperti mengganti makanannya atau lainnya.

Sikap tersebut akan berbeda dengan kebanyakan dari kita sebagai warga lokal yang jika menghadapi situasi serupa. Alih-alih langsung menyampaikan keluhan ke pelayan atau manajer restoran, mayoritas kita malah lebih suka mendokumentasikannya lalu mengunggah ke media sosial dengan tambahan caption yang bisa saja membuat orang lain salah paham serta menggiring opini buruk terhadap restoran tersebut.

Dengan begitu, masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cepat dan profesional tanpa harus membuat rugi salah satu pihak, justru berbuntut panjang dan bisa merusak citra restoran tersebut.

Belum lagi akan ada potensi aduan pencemaran nama baik karena kita secara sembarangan mengunggah permasalahan tersebut ke media sosial.

Meski begitu, bukan berarti secara pribadi saya melebih-lebihkan atau mengagungkan bagaimana kebanyakan bule bersikap atas suatu masalah yang terjadi. Ini hanya gambaran fenomena yang sering terjadi di lapangan.

Maka tak heran apabila banyak penyedia jasa di Bali akan lebih memilih melayani wisatawan asing dengan lebih profesional karena apa yang mereka berikan akan mendapat imbalan yang setimpal, baik hanya sekadar pujian hingga memberi uang tip.

***

Persoalan standar ganda atas pelayanan yang masih kerap terjadi di Bali ini tentu merupakan PR bersama pada sektor layanan dan jasa yang mesti segera dituntaskan.

Jangan sampai kita terus-menerus tidak mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama sebagai wisatawan yang juga sama-sama membayar untuk hak pelayanan yang sama pula.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Double Standar Pelayanan, Sebuah Pekerjaan Rumah Pelaku Usaha di Bali"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Jumlah Mesin ATM Terus Berkurang, Ada Apa?

Kata Netizen
4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

4 Alasan Orang Indonesia Suka Makanan Pedas

Kata Netizen
Peran Vital Guru Honorer dan 'Cleansing' yang Terjadi

Peran Vital Guru Honorer dan "Cleansing" yang Terjadi

Kata Netizen
Menyikap 'Rayuan Bos', Apa yang Mesti Dilakukan Bawahan?

Menyikap "Rayuan Bos", Apa yang Mesti Dilakukan Bawahan?

Kata Netizen
Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Kata Netizen
Dari Seorang Introvert Kita Belajar...

Dari Seorang Introvert Kita Belajar...

Kata Netizen
Menyemangati Anak Ketika Gagal Masuk Sekolah Favorit

Menyemangati Anak Ketika Gagal Masuk Sekolah Favorit

Kata Netizen
Budget Tipis dari Klien, Terima atau Tolak?

Budget Tipis dari Klien, Terima atau Tolak?

Kata Netizen
5 Cara Meningkatkan Kinerja Guru Sesuai dengan Kurikulum Merdeka

5 Cara Meningkatkan Kinerja Guru Sesuai dengan Kurikulum Merdeka

Kata Netizen
Fenomena 'Makan Tabungan', Kenapa Bisa Makin Marak?

Fenomena "Makan Tabungan", Kenapa Bisa Makin Marak?

Kata Netizen
Pemimpin Populis pada Pilkada 2024

Pemimpin Populis pada Pilkada 2024

Kata Netizen
Istri Alami Baby Blues, Bukan Berarti Manja atau Lebay

Istri Alami Baby Blues, Bukan Berarti Manja atau Lebay

Kata Netizen
PPBD dan Niat Membuat Pendidikan Berkualitas serta Berkeadilan

PPBD dan Niat Membuat Pendidikan Berkualitas serta Berkeadilan

Kata Netizen
Apa yang Dipertimbangkan Sebelum Resign dari PNS?

Apa yang Dipertimbangkan Sebelum Resign dari PNS?

Kata Netizen
Ketika Judi Online Mulai Menyasar Pelajar

Ketika Judi Online Mulai Menyasar Pelajar

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com