Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Adanya peristiwa ini tentu bisa dijadikan pelaharan bahwa apapun skema yang dibuat manusia dalam pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, tidak akan bisa membendung gelagat alam yang meniscayakan adanya penyusutan air danau.
Fenomena ini mungkin bisa dianggap sebagai “teguran” dari alam kepada manusia atas mandat mengelola sumber daya alam yang melimpah. Bahwa jangan pernah merasa superioritas dalam mengeksploitasi sumber daya alam, demi kepentingan apapun (termasuk energi terbarukan).
Sebab, ketika superioritas didahulukan, maka eksploitasi yang dilakukan demi peningkatan kapasitas usaha, akan menggerus kebijakan dalam menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.
Saat gelagat alam menghadirkan fenomena surutnya air danau secara signifikan, maka stakeholder terkait tidak berdaya menghadapi realitas tersebut. Pada akhirnya pilihan terakhir yang bisa dilakukan adalah membuat kebijakan pemadaman bergilir.
Padahal sejatinya perlu ada langkah antisipasi demi keberlanjutan energi terbarukan, dalam hal ini pemanfaatan potensi Danau Poso. Atau bisa juga memanfaatkan sumber energi lainnya, seperti panas matahari atau angin.
Realitas surutnya air danau sebagai sumber energi terbarukan, akan menjadi tantangan terhadap rencana strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) atau percepatan pengembangan energi terbarukan oleh Pemerintah.
Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga 75 persen di tahun 2040, dengan PLN sebagai leading sektornya di bawah arahan Kementerian ESDM.
Strategi ARED ini akan didominasi lewat pemanfaatan air sebagai sumber energi listrik yang akan meningkat menjadi 25,3 gigawatt (GW) di tahun 2040. Tentunya pemanfaatan sumber air yang terkonversi menjadi energi listrik dilakukan melalui PLTA.
Akan tetapi, realitanya ketika kemarau panjang melanda yang mengakibatkan surutnya air permukaan danau, tentu diperlukan mitigasi yang tepat terkait strategi ARED tersebut. Tujuannya agar dalam menghadapi kemarau panjang di kemudian hari, sumber air untuk PLTA tak lagi mengalami surut secara signifikan.
Pelajaran lain yang didapat adalah saat tidak terkena jadwal pemadaman bergilir, sebagai masyarakat kita mesti tetap mengutamakan penghematan pemakaian listrik di rumah masing-masing.
Dari penghematan listrik tersebut, sedikit apapun bisa menjadi bagian dari upaya mitigasi terhadap kondisi keterbatasan energi listrik yang bersumber dari energi terbarukan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Dampak Surutnya Danau Poso terhadap Keberlanjutan Energi Terbarukan"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya