Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Meskipun banyak sumber informasi sekarang ini, bagi saya pribadi, buku, baik itu buku fisik maupun buku digital, tetaplah sumber referensi terbaik dalam mempelajari segala macam hal.
Bukan sekadar salin tempel belaka, namun pendidik harus mengarahkan peserta didik untuk menelaah buku-buku tersebut dengan baik, menyaring dengan saksama, kemudian menentukan, menyimpulkan dengan mengomposisikan ulang berdasarkan atas berbagai informasi di buku-buku tersebut.
3. Pendidik perlu menanamkan prinsip "pengetahuan mendalam kebermaknaan" kepada peserta didik
Kecenderungan salin-tempel karena mudahnya memperoleh informasi dari internet menyebabkan pola pikir instan dan tidak mau berproses panjang di kebanyakan murid les yang saya bina.
Pengetahuan hanya sebatas di kulit luar di benak mereka.
Kebanyakan guru-guru di sekolah masih menggunakan metode lama dalam mengajar. Satu arah. Metode ceramah. Guru menjelaskan, murid mendengarkan.
Apapun kurikulumnya, sejauh mata memandang, tidak banyak mengubah cara mengajar.
Kalaupun berubah, kemungkinan tidak akan langgeng, karena tahun depan, ganti presiden maka otomatis menteri pendidikan berganti dan pada akhirnya kurikulum pun juga turut berubah.
Ibarat hanya mengganti sampulnya. Isi kurikulum tetap sama atau rombak total, tapi ujung-ujungnya salah dalam menerjemahkan dan keliru dalam penerapan. Akibatnya, kebanyakan peserta didik hanya mempunyai pengetahuan dangkal dan sekadar tahu tapi tak mengerti maknanya secara mendalam, dan juga tidak bisa menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, pendidik perlu menanamkan prinsip pengetahuan mendalam kebermaknaan kepada peserta didik. Bukan sekadar mengajar, namun lebih dari itu, mendidik peserta didik untuk mencintai ilmu pengetahuan secara mendalam dan bermakna dalam pembelajaran, dan pada akhirnya peserta didik dapat menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan nyata.
Generasi unggul tidak bisa diperoleh dalam semalam. Tidak semudah klik klik di ponsel pintar untuk mendapatkan apa yang dimau.
Butuh proses panjang untuk membentuk generasi penerus yang mumpuni, bijaksana, dan tangguh dalam menghadapi setiap masalah yang ada.
Yang jelas, salin tempel bukanlah hal yang baik menimbang arahnya akan mengacu pada plagiator atau meniru pihak lain tanpa ada kebaruan.
Tulisan saya ini mungkin hanya setitik debu dari berbagai kegelisahan para pendidik. Kiranya bisa memberikan masukan bahwa tidak cukup hanya berbekal perangkat elektronik canggih, namun pendidik juga harus menggunakannya dengan bijak, serta mengarahkan peserta didik untuk menggunakan gawai dan internet dengan benar sesuai dengan kebutuhan demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, salin-tempel bukanlah solusi, tapi ada bahaya yang mengintai.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mencetak Generasi "Salin-Tempel""
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.