Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Alasan para guru menggunggah nilai siswanya ke media sosial adalah karena ingin siswa dengan nilai kurang dari KKM malu dan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Kurang lebih maksud guru tersebut adalah seakan memberi sangsi sosial.
Hal ini memperlihatkan bahwa guru tersebut hanya bercermin pada kecerdasan kognitif semata yang menjadikan nilai dalam bentuk angka sebagai tolok ukur keberhasilan siswa.
Akan tetapi banyak dari guru yang lupa dengan sisi lainnya, yakni kecerdasan karakter. Padahal sejak adanya kurikulum 13, sudah sering ditekankan soal pendidikan karakter.
Artinya, fenomena tersebut menggambarkan bahwa kecenderungan guru melihat siswa unggul adalah dari kecerdasan kognitif semata.
Sebuah contoh nyata terlihat saat seorang siswa pintar yang mengusulkan untuk mengunggah nilai ulangannya di platform TikTok hanya untuk melihat reaksi teman-temannya.
Hal ini membuktikan bahwa siswa yang melihat guru kerap mengunggah nilai siswanya ke media sosial akan membuatnya kehilangan rasa empati kepada teman lainnya yang mungkin mendapat nilai kurang baik.
Artinya, pendidikan karakter di sekolah dapat dibilang tidak memberikan hasil maksimal. Siswa hanya termotivasi untuk mendapat nilai bagus hanya agar tidak malu ketika nilainya diunggah ke media sosial.
Sosial media telah menjadi wadah ekspresi, termasuk bagi para guru. Konten-konten edukatif dan menghibur dari guru seringkali diminati oleh warganet.
Akan tetapi, terdapat batasan-batasan yang perlu dipegang teguh oleh guru, terutama ketika menyangkut siswa. Beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain sebagai berikut.
Nilai-nilai siswa adalah hal internal yang melibatkan guru, siswa, sekolah, dan orangtua siswa. Mengunggahnya ke ruang publik di media sosial dapat membawa berbagai dampak yang bisa saja tidak diinginkan.
Guru perlu menyadari bahwa tindakan mereka dapat memicu aksi cyberbullying dan merugikan baik siswa maupun citra sekolah.
Penting bagi guru untuk menjadi teladan dalam menjaga privasi siswa dan menghormati nilai-nilai karakter yang seharusnya menjadi fokus pendidikan.
Guru sebaiknya memberikan motivasi siswa bukan hanya dengan angka, tetapi juga dengan membangun karakter siswa yang kuat. Selain itu, sebagai konten kreator, guru harus mengenali batasan etika dalam berbagi informasi di dunia maya.
Dengan menghormati privasi siswa dan menjaga etika pengunggahan konten di media sosial, guru dapat tetap berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang berintegritas dan peduli terhadap perkembangan seluruh siswanya.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Guru Mengunggah Nilai Ulangan Siswa di Sosial Media, Etiskah?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.