Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ARIF ROHMAN SALEH
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama ARIF ROHMAN SALEH adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Lakukan Hal Ini agar Tak Ada Lagi Petugas KPPS Meninggal Dunia

Kompas.com - 26/01/2024, 18:30 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Hitungan mundur Pemilu Serentak 2024 di Website KPU menunjukkan angka angka 20 hari. Artinya, pelaksanaan pemilu sebagai pesta demokrasi semakin mendekati hari penyelenggaraan, yakni 14 Februari 2024.

Meski antusiasme pemilih mencapai puncaknya, ingatan kelam Pemilu 2019 tetap mengintai. Pada pemilu tahun tersebut, kita dihadapi pada kenyataan pahit bahwa ada sebanyak 894 petugas KPPS yang meninggal dunia, sementara terdapat 5.175 petugas lainnya yang jatuh sakit (Baca: Kompas, 2020).

Menjadi petugas KPPS memang tak semudah yang dibayangkan. Pengalaman pribadi menjadi petugas KPPS sejak pemilu 1997 hingga pemilu serentak tahun 2019, membuat saya melihat berbagai dinamika yang terjadi.

Dari pengalaman itu, maka saya melihat setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan mengapa banyak petugas KPPS yang jatuh sakit bahkan hingga meninggal dunia.

  • Faktor Usia dan Komorbid

Rekrutmen petugas KPPS pada Pemilu Serentak 2019 tidak memberlakukan batasan usia. Hal ini tentu berdampak pada banyak petugas KPPS dengan usia di atas 55 tahun tetap terlibat dalam proses penyelenggaraan.

Meskipun memiliki pengalaman, faktor usia membawa risiko serius terhadap kesehatan, terutama pada usia di atas 50 tahun. Risiko gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, artritis, diabetes, dan osteoporosis meningkat pada kelompok usia ini. (Baca: Kompas, 2023)

Gejala utama yang dirasakan adalah kelelahan yang luar biasa, terutama saat menjalani tahapan pemungutan, penghitungan, dan pelaporan Pemilu Serentak.

Kelelahan ini bukan sekadar merugikan kesehatan, tetapi juga menjadi pemicu utama terjadinya penyakit serius atau bahkan kematian di kalangan petugas KPPS.

  • Kelelahan

Pentingnya peran petugas KPPS yang berpengalaman dan memiliki kinerja teruji tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka menjadi tulang punggung dalam banyak Tempat Pemungutan Suara (TPS) selama Pemilu Serentak 2019.

Namun, perekrutan petugas KPPS yang tidak memiliki kompetensi dapat menempatkan beban kerja yang tidak proporsional pada beberapa petugas di TPS tersebut.

Sehingga, hanya segelintir petugas yang mampu menyelesaikan proses persiapan hingga pelaporan Pemilu dengan cermat. Terutama, dengan banyaknya surat suara yang harus diteliti dan dihitung, seperti Pemilu DPD, DPR RI, DPRD I, DPRD II, hingga Pilpres, tekanan dan kelelahan luar biasa dapat dialami oleh petugas yang diandalkan.

Pemilihan yang tidak tepat dalam penugasan petugas dan ketidakseimbangan dalam pembagian beban kerja dapat menjadi pemicu utama kelelahan yang dapat membahayakan kesehatan petugas KPPS.

  • Kurangnya Waktu Istirahat

Pengalaman sebagai petugas KPPS pada Pemilu 2019 menyoroti kenyataan kekurangan waktu istirahat yang cukup. Petugas hanya diberikan waktu istirahat 1 jam untuk beristirahat, melaksanakan sholat, dan makan (ishoma).

Waktu yang sangat terbatas ini tidak memberikan kesempatan bagi petugas untuk tidur sejenak, terutama bagi mereka yang terlibat dalam persiapan tempat TPS hingga tengah malam. Keadaan ini menciptakan kondisi dimana petugas mengalami kantuk, tetapi tidak memiliki waktu untuk melepaskan kelelahan tersebut.

Imajinasikan seseorang yang kekurangan istirahat dan tidur, ditambah dengan tekanan fokus dan tuntutan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com