Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irmina Gultom
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Irmina Gultom adalah seorang yang berprofesi sebagai Apoteker. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Di Balik Tuntutan dan Realita, Ini Alasan Kenapa Menunda Pernikahan

Kompas.com - 28/02/2024, 20:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

  • Trauma atau Pengalaman Buruk tentang Rumah Tangga

Cukup banyak dari generasi milenial ini yang memutuskan menunda pernikahan karena memiliki trauma akibat pengalaman buruk yang dialami atau disaksikannya. Mulai dari KDRT, toxic relationship, perselingkuhan, perceraian, dan lain sebagainya.

Menurut data Badan Pusat Statistik 2023 yang dilansir dari KOMPAS.com angka perceraian di tahun 2022 menjadi yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Ironisnya, angka perceraian ini justru didominasi oleh pasangan yang berasal dari generasi milenial.

Maka tak mengherankan bila banyak milenial yang jadi berpikir berulang kali sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah suatu hari nanti.

  • Belum Menemukan Pasangan yang Sesuai

Alasan belum menemukan pasangan yang sesuai ini bukan berarti mereka terlalu memilih-milih pasangan. Justru, dalam menentukan pasangan yang akan menemani kita sepanjang hidup, kita harus memiliki kriteria tertentu yang terbaik.

Hal itu karena agar ia yang kelak dipilih nanti benar-benar yang terbaik untuk kita. Kuncinya adalah kita harus tetap cerdas membuka diri pada pergaulan yang sehat, maka niscaya akan dipertemukan dengan pasangan yang tepat pada waktunya.

Tuntutan Vs Realita dan Keyakinan

Sebagai seorang perempuan, saya tentu tidak setuju dengan pendapat pria yang mengatakan bahwa wanita harus berani hidup susah dengan suaminya kelak. Mengapa? Sebab, bagaimana bisa ketika orangtua sendiri sudah bersusah payah berusaha agar anaknya memiliki kehidupan dan masa depan yang lebih baik, akan tetapi tiba-tiba ada pria yang ingin mengganti kehidupan lebih baik itu dengan kehidupan yang penuh kesusahan.

Pada dasarnya, pernikahan dan hidup berkeluarga itu merupakan keputusan yang harus benar-benar dipersiapkan dengan matang. Menikah bukan hanya soal kecukupan usia, atau bagaimana menggelar resepsi yang mewah dan berkesan, melainkan bagaimana supaya pasangan tersebut tetap konsisten menjalani komitmen berumah tangga dalam keadaan senang dan susah, untung dan malang, sehat dan sakit, hingga maut memisahkan.

Oleh sebab itu kita tetap perlu berpikir realistis terhadap kondisi saat ini dan proyeksi ke depannya. Bukan hanya dibutakan oleh euforia rasa cinta semata, atau hanya supaya tidak terus-terusan ditanya "kapan kawin?" oleh orang-orang yang kepo. Ingat, bisa jadi mereka yang bertanya seperti itu justru akan memalingkan muka ketika rumah tangga kita membutuhkan bantuan.

Menunda pernikahan bukan sesuatu hal yang buruk. Ingat bahwa menikah bukanlah suatu ajang perlombaan, melainkan seberapa siap kita dalam hal mental, fisik, dan finansial untuk menjalani komitmen seumur hidup dengan pasangan yang kita pilih. Jangan cuma gara-gara kita gerah dengan tuntutan dari orang lain, kita malah meragukan atau bahkan mengabaikan keyakinan dan kesiapan diri sendiri.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menunda Pernikahan, Antara Tuntutan Vs Realita"

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau