Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kepribadian Kolektor Buku dalam Kacamata Psikologis
Dalam kacamata psikologis, kegemaran mengoleksi buku rupanya dapat mengungkap bagaimana kepribadian diri kolektor, berikut diantaranya:
1. Orang yang jauh lebih terbuka
Psikolog Samuel Gosling dalam Fimela mengungkapkan, bahwa seseorang yang gemar mengoleksi buku hangat sebagai orang yang jauh lebih terbuka.
Kolektor khususnya bidang buku, biasanya menyukai pengalaman yang penuh wawasan atau terbuka akan pengetahuan baru. Sehingga, sangat memicu rasa keingintahuannya terhadap hal-hal baru hingga terbuka dengan berbagai perspektif.
2. Tidak takut mencoba hal-hal baru
Masih dengan psikolog yang sama, Samuel Gosling dalam Fimela mengungkapkan, bahwasannya seseorang yang gemar mengoleksi buku juga tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
Dalam hal ini, sebagian kecilnya bisa terlihat ketika kolektor sedang berburu buku, di mana ia akan bertemu dengan para pemasok atau penjual buku, biasanya ketika berburu tak sekadar mencari tetapi sering kali ditawarkan untuk menjual koleksinya, atau istilahnya diajak 'barter'.
Momen-momen inilah yang menjadi hal paling menantang untuk kolektor, dan biasanya akan deal 'barter' asalkan buku yang sedang ia cari bisa didapatkan.
Ketika berburu buku, jiwa kolektor juga biasanya tidak takut akan hal penipuan (misal ditipu dengan penjual yang memasarkan buku bajakan, tetapi bilangnya original), mau berburu lewat online ataupun offline pasti dijalani, kalau mendapatkan hal yang kurang mengenakan dari penjual biasanya hanya akan dijadikan sebagai pelajaran, kedepannya akan tetap berhati-hati.
Jika, sudah mendapatkan pengalaman kurang enak pun, ia tidak akan menutup dirinya untuk berburu, pasti akan terus mencari-cari buku yang ia suka untuk dibaca dan dikoleksi.
3. Pribadi yang fleksibel
Banyaknya rak dan buku-buku yang tersusun rapi menunjukkan diri kolektor sebagai seseorang yang fleksibel. Terlihat dari caranya menyimpan dan menyusun.
Terlebih ketika kolektor mendapatkan buku-buku baru yang jumlahnya cukup banyak, ia tidak akan pusing, melainkan dapat dengan mudah menyesuaikan kondisi buku secara spontan namun tetap rapi sesuai dengan kondisi rak/kategori yang sudah dibangun.
Sederhana Mencintai Buku hingga Mengoleksinya
Terlepas dari sisi psikologis, terdapat banyak alasan yang membuat seseorang jatuh cinta terhadap buku fisik, hingga tak segan untuk bisa mengoleksinya, berikut 6 diantaranya:
1. Pintu masuk pengetahuan dunia
Menjadi hal umum yang sudah diketahui, bahwa buku menjadi pintu masuk pengetahuan dunia. Meski teknologi digital sudah sangat hangat memeluk kehidupan manusia, buku fisik belum bisa terkalahkan.
Ketika memilih untuk mengoleksi buku, bukan hanya sekadar sebagai pintu masuk pengetahuan dunia, melainkan juga akan diselaraskan dengan minat kita, genre apa saja yang mau kita koleksi, dan yang terpenting.
Semua buku yang tersusun di rak menjadi sumber tervalid dan bisa dieksplorasi secara mendalam kapan pun yang kita mau tanpa adanya gangguan jaringan dan iklan.
2. Sumber kekayaan sejarah
Buku menjadi salah satu warisan bersejarah yang merekam jelas perjalanan bangsa melalui pemikiran-pemikiran para tokoh.
Dengan mengoleksi buku, rasanya seperti ikut mengabadikan sejarah bangsa yang tak ternilai harganya.
Apalagi, jika sebagian koleksi buku kita merupakan bagian dari buku lawas, di mana berisi potret dan tulisan asli tokoh/pahlawan bangsa yang tentunya sudah sulit sekali untuk ditemui dipasaran, dalam file internet saja belum tentu ada, jadi hanya bisa dinikmati ketika kita langsung membaca dari buku fisiknya.
Buku, pelukan erat dari kekayaan sejarah, kolektor pun akan terus memburunya, tak ada kata puas untuk terus menghirup harumnya sejarah.
3. Menyukai tokoh atau penulis tertentu