Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sampai tiba saatnya ketika ketidakcocokan mulai terasa. Perselisihan kecil yang tidak ada ujungnya. Menghasilkan perselisihan berkepanjangan yang tak ada hentinya. Lama-lama menjadi masalah besar.
Tak jarang ada saja badai yang menerpa. Kerikil kecil, atau bahkan badai besar melanda. Adu mulut, perbedaan pendapat, dan hal-hal lainnya yang menimbulkan banyak perbedaan.
Kembali pada tujuan pernikahan. Bahwa pernikahan bukan hanya asal dalam menyampaikan sumpah.
Namun sebuah janji suci yang tak sembarangan diucapkan. Janji suci yang tidak hanya mengikat antara laki-laki dengan perempuan. Tidak pula hanya tentang dua keluarga saja. Namun janji suci dengan Yang Maha Pencipta.
Asam garam kehidupan akan dirasakan oleh pasangan suami istri. Tidak selamanya terasa pahit. Bukankah hal-hal manis juga turut menyertai dalam ikatan suci pernikahan?
Mungkin adanya konflik pernikahan bisa saja memudarkan kemesraan hubungan. Adanya sekat atau rasa canggung satu sama lain. Untuk kembali membangun kemesraan, bisa dilakukan dengan merayakan ulang tahun pernikahan.
Tidak ada salahnya untuk kembali merayakan momentum indah saat menikah. Dengan begitu, pasangan bisa kembali mengenang masa-masa romantis saat pernikahan dan awal pernikahan.
Merenungkan perjalanan hebat dalam menjalani bahtera rumah tangga bersama. Satu sama lain bisa saling intropeksi diri.
Kesalahan atau kekurangan apa dalam rumah tangga yang bisa dirubah ke depannya sehingga satu sama lain berusaha melakukan yang terbaik dan menjadi versi yang terbaik.
Ada juga yang menganggap bahwa perayaan ulang tahun pernikahan adalah prioritas. Jika memiliki pasangan yang berpegang pada prinsip seperti ini, maka tak ada salahnya untuk mengabulkan impiannya.
Sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah melakoni peran sebagai suami atau istri yang baik.
Perayaan ini bisa membuat pasangan merasa dihargai kehadirannya. Terlebih jika sehari-hari sudah sibuk dengan urusan pekerjaan.
Lalu ada anak-anak yang mendapatkan keseluruhan perhatian setiap hari. Sampai terkadang abai untuk menyampaikan rasa sayang dan terima kasih kepada pasangan.
Masih ada orangtua yang enggan menunjukkan kemesraan di hadapan anak-anaknya. Merasa aneh bahkan malu jika anak-anak tahu atau melihat kemesraan orangtuanya.
Padahal, sesekali orangtua harus menunjukkan kemesraan di hadapan anak-anaknya. Dengan begitu, anak akan mudah meniru bagaimana bersikap sebagai pasangan. Sebagai bekal ketika mereka dewasa.