Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dari sejumlah pengalaman itu akhirnya saya mulai terbiasa bekerja sendiri, membangun support sistem sendiri.
Ada atau tidak ada partner kerja yang sebidang, saya harus tetap bekerja secara optimal untuk hasil yang maksimal.
Namun tiba-tiba saya mendapatkan partner kerja baru, sebut saja Si B. Untuk pengalaman memang si B ada di level newbie di bidang ini, sehingga dia masih belum paham apa yang seharusnya dilakukan.
Kantor kami ini memang terbilang cukup rush. Sehingga mereka mencari orang yang sudah terbiasa bekerja dengan pola cepat.
Banyak rekan yang tukar cerita terkait keberadaan si B ini. Kemunculannya dianggap bukan membantu tapi justru malah membuat pusing satu kantor.
Saya juga melihat si B ini terlihat memang jadi sangat stres di satu bulan pertama bekerja. Jadi lebih cepat emosi, dan jadi tidak semangat bekerja.
Di satu kesempatan saya coba untuk ajak dia bicara, saya tanya, apa keluhannya di awal masa kerjanya ini?
Si B mengatakan bahwa di kantor itu tidak ada yang memberinya support.
Saya tanya lagi, support semacam apa yang dibutuhkan?
Katanya, semua seakan kerja masing-masing. Semua seperti masa bodoh dengan keberadaannya. Jadi dia merasa tak dianggap, kurang lebih seperti itu. Dia berharap minta diajari secara detil mengingat ini bidang baru.
Dia berharap juga ada orang yang selalu memeriksa hasil kerjanya, selalu mengingatkan jika ada pekerjaan yang harus dia lakukan.
Saya coba menceritakan pengalaman kerja saya terdahulu yang kondisinya mirip dengan yang dialaminya saat ini.
Saya yang belajar semua sendiri, mencari tahu sendiri, dan melakukan improvisasi diri. Setelah itu saya memberinya waktu untuk berpikir dan berharap cerita saya bisa menjadi motivasi.
Namun dua minggu berjalan, ternyata tak banyak perubahan. Dia masih sosok yang sama.
Akhirnya saya coba untuk mengubah pola. Saya coba untuk mendikte dia tentang pekerjaannya, walau sebenarnya tak enak hati karena yang bersangkutan usianya lebih tua dari saya.