Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sayangnya, fenomena bahasa "gaul" seringkali melenceng dari tujuan utama bahasa itu sendiri. Padahal, kosakata dalam Bahasa Indonesia sudah sangat kaya dan bermakna indah tanpa harus dipelintir.
Era digital saat ini mempercepat penyebaran kosakata-kosakata tersebut. Bahasa yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung kini justru sering disalahgunakan, seolah kata-kata yang memiliki makna buruk dapat diubah menjadi sesuatu yang terdengar nyaman dan "keren." Dampak ini sangat terasa, terutama di kalangan remaja dan anak-anak.
Bila kebiasaan berbahasa seperti ini dibiarkan, maka kita akan menghadapi generasi yang kurang menghargai keindahan Bahasa Indonesia.
Ada yang lebih mengkhawatirkan adalah saat kata-kata tersebut menjadi bagian dari percakapan sehari-hari di lingkungan pendidikan, dimana seharusnya nilai-nilai positif dikedepankan.
Semangat Sumpah Pemuda juga berarti menjaga bahasa kita. Jika kita mampu menjaga keaslian dan keindahan Bahasa Indonesia, kita tidak hanya mempertahankan identitas, tetapi juga menghormati perjuangan para pendahulu yang menyatukan bangsa melalui bahasa. Ini adalah tanggung jawab kita bersama, dari generasi ke generasi.
Bahasa Indonesia harus tetap digunakan sesuai fungsinya sebagai pemersatu. Penggunaan yang tepat akan menciptakan hubungan yang harmonis dan mengurangi potensi kesalahpahaman.
Tidak ada lagi yang merasa tersinggung atau teralienasi karena bahasa. Ini adalah bentuk nyata dari upaya untuk mewujudkan cita-cita "Maju Bersama Indonesia Raya."
Dalam peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, pemerintah mengangkat tema "Maju Bersama Indonesia Raya."
Ini adalah ajakan untuk kita semua agar bergerak maju tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur kebangsaan. Tema ini mencerminkan semangat untuk berkolaborasi, tumbuh bersama, dan memajukan bangsa dengan penuh rasa persatuan.
Di era globalisasi, menjaga keaslian bahasa bukanlah hal mudah. Banyak sekali pengaruh asing yang masuk, mulai dari gaya hidup hingga bahasa. Namun, kita harus pandai memilih dan memilah, agar Bahasa Indonesia tetap relevan tanpa kehilangan identitas aslinya.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah cerminan sikap profesional. Ini berlaku di mana pun, baik di dunia pendidikan, bisnis, hingga pemerintahan.
Dengan bahasa yang sopan, lugas, dan bermakna baik, kita akan lebih mudah menciptakan komunikasi yang sehat dan harmonis.
Pengaruh bahasa tidak hanya terbatas pada apa yang kita katakan, tetapi juga pada bagaimana cara kita menulis dan menyebarkan pesan.
Era digital memberikan banyak kesempatan bagi kita untuk menulis dan berbagi dalam berbagai platform, tetapi juga menuntut tanggung jawab lebih untuk memastikan pesan yang kita sampaikan tidak salah makna.
Bahasa gaul memang memiliki tempatnya sendiri dalam percakapan sehari-hari. Namun, kita harus bijak dalam menggunakannya.