Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kemudian, kelangkaan juga dibedakan dari sisi tambahan lainnya, seperti minat, kategori buku, hingga cover.
Contoh, seperti dari sisi cover dan minat, salah satunya majalah, di mana majalah memiliki cover dengan model/tokoh tertentu yang hingga saat ini masih menjadi idola pencinta / kolektor buku sehingga masih diburu.
Buku Bekas: Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa buku bekas dominan datang dari pihak/tangan kedua, yang diluar dari sisi penerbit ataupun penjual buku, artinya sisi ini adalah sudah pernah atau berulang kali dibaca, dicoret, dan disimpan.
Selain itu, buku bekas juga bisa berasal dari penggunaan rental atau peminjaman buku, yang biasanya sudah terdapat banyak cap pada fisik buku, dari mulai cover, halaman depan, hingga isi buku.
Kondisi buku bekas dari sisi pengguna, umumnya tidak menentu, kalau bahasa penjualnya disebut 'untung-untungan'.
Kalau sedang dapat buku dari pengguna yang rajin membersihkan dan menyimpannya dengan baik ya untung karena bukunya pasti bersih atau terawat. Tetapi, umumnya dengan 'kondisi seadanya dan apa adanya'.
Buku Lawas: Sedangkan, buku lawas dominan tidak diketahui siapa pengguna atau pemilik buku sebelumnya, yang biasanya hanya ditandai dengan tanda tangan dan tahun.
Selain datang dari masa terdahulu, sering kali buku lawas datang dari edisi yang pada masa tersebut terbatas, sehingga bukan dimiliki secara pribadi melainkan koleksi khusus.
Baik bekas ataupun lawas, biasanya pencinta buku punya julukan/istilah tersendiri untuk bertanya sebelum membeli, seperti "Kolpri, kak?", "Boleh cabutan, ngga kak?", "Ex rent atau kolpri, kak?".
Maksud dari istilah tersebut, yakni untuk memastikan, apakah buku terdahulu yang dijual berasal dari koleksi pribadi, atau bekas rental?
Buku Bekas: Dominan buku bekas, bisa dilihat dari isi buku dan kondisi cover + kualitas kertas.
Biasanya, buku bekas sudah terdapat lekukan baik di cover ataupun kertasnya, hingga pada beberapa buku tertentu sering terdapat bercak kekuningan dan coretan.
Buku Lawas: Sedangkan, buku lawas, full kualitasnya dominan masih terjaga, yang berbeda hanya sisi kertasnya saja yang mulai berubah warna kecokelatan atau retro (namun tidak terdapat bercak/bintik kekuningan).
Meski demikian, biasanya kondisi masih dalam keadaan kokoh dan kertasnya terbilang sangat tebal bahkan glossy.
Sisi inilah yang tampak serupa, padahal jauh berbeda. Sebab, buku lawas memang memiliki kualitas yang tidak tersaingi.
Hal ini, terkadang juga bisa masuk dalam kategori 'untung-untungan', tergantung pengguna/perawat sebelumnya.
Buku Bekas: Dari sisi harga, buku bekas masih aman dikantong, karena dominan jauh lebih rendah dari harga pasaran buku original.
Di sisi lain, harga buku bekas masih bisa dinego sampai deal, karena dominan hanya mengikuti bagaimana kondisi bukunya.
Buku Lawas: Sedangkan, untuk buku lawas, harganya terbilang meroket, terlebih jika di pasaran sudah tidak ada yang menjual dan merupakan dari penulis/tokoh besar, maka akan sangat mahal.
Bahkan, akan bertambah mahal, jika tahun terbitnya sudah dari masa lampau atau puluhan tahun. Apapun genre bukunya, jika masuk dalam kategori lawas, harga tidak bisa berteman, alias sudah bukan puluhan lagi, melainkan ratusan hingga jutaan.
Penyebutan Kondisi Buku dan Dampaknya bagi Penjual
Begitu melihat perbedaan di atas, buku bekas dan buku lawas sangatlah berbeda, meski dalam dunia perbukuan masih disebut sebagai 'satu keluarga'.
Dari sisi penjual
Kata 'bekas' sendiri, memang mungkin secara bahasa lebih dikenal sebagai penyebutan untuk barang yang 'lusuh dan usang'.