Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dina Amalia
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dina Amalia adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kompas.com - 31/10/2024, 15:35 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Namun, bagi kami penjual buku, 'bekas' adalah penyebutan untuk barang yang 'apa adanya', dalam artian belum tentu buruk, lusuh, kotor, dan usang. Kondisi barang yang sesuai dengan pemasok, tidak melulu soal kondisi yang buruk.

Sekalipun, jika penjual buku bekas mendapatkan barang yang tidak layak, maka akan disingkirkan, dan jika barang berdebu maka akan dibersihkan. Setiap penjual buku bekas, melakukan proses penyortiran dan pembersihan.

Meski menjual barang dalam kategori 'bekas', bukan berarti semena-mena pula menjual barang dagangan dengan kotor rupa.

Dari sisi pembeli

Baik pembeli buku yang datang dari para penggemar / kolektor, langganan, ataupun memang pure dari pembeli baru yang mencari buku sesuai kebutuhan saja.

Kata 'bekas' sudah sangat dikenal dekat dan dipahami secara natural, di mana biasanya mereka menganggap 'kalau buku bekas, ya artinya second, sudah bekas dipakai orang'.

Dalam pasar online, tanpa perlu bertanya lagi, pembeli buku biasanya sudah mengenali buku bekas melalui ciri dan toko, yang kalau membelinya 'sangat sadar' akan kondisi bahwa buku yang dijual adalah 'bekas', terlebih ada foto dan deskripsi yang membantu proses pengenalan.

Seperti beberapa pelanggan yang turut mengungkapkan kondisi buku melalui ulasan ataupun pesan, "Walaupun buku bekas, tapi bukunya masih rapih banget" tutur Kak Darmawan melalui ulasan Buku SEFT.

Lagi, Kak Ella yang merupakan pemburu buku-buku novel juga turut mengutarakan, "Gokillll ini kaya nemu harta karun... Buku bekas tapi masih bagusss, cetakan pertama pulak... rejeki bangettt...".

Penyebutan kondisi dan kata 'bekas' sangat terlihat jelas melalui 2 contoh ungkapan pelanggan di atas.

Mereka selalu menggunakan kata 'bekas' saat menilai dan tak segan untuk membeberkan kondisi si buku. Sama sekali tidak ada yang keresahan mengenai kondisi 'bekas'.

Jadi, mana yang lebih melekat? Buku bekas atau buku lawas?

Dalam aktivitas jual-beli buku, penyebutan 'buku bekas' jauh lebih melekat, baik dari sisi penjual ataupun pembeli.

Bahkan, masyarakat kalau mendengar atau membaca plang bersisipan kata 'bekas' saja pasti secara otomatis langsung paham, bahwa produk yang dijual adalah produk yang telah digunakan orang lain, alias tangan kedua.

Dalam dominasi pasar buku, jarang sekali yang ciri / plang toko menyebut 'buku antik' atau 'buku lawas'. Ada, namun terbilang sangat jarang, sebab 'buku bekas' dalam dominasi pasar buku sudah mencakup berbagai kondisi buku, baik buku bekas, buku antik atau buku lawas, hingga buku langka.

Jarang juga ada pelanggan yang bertanya, "Kak, bukunya lawas ya?", bahkan terbilang nihil. Justru kebanyakan pelanggan to the point bertanya, "Kak, ini kondisinya bekas, ya? Boleh liat isi bukunya, ngga?"

Maka, itulah yang membuat penyebutan 'buku bekas' jauh lebih ikonik. Jikalau, ada toko yang memperkenalkan buku lawas, biasanya kata lawas diganti / disambung.

Apa dampak penyebutan kata "bekas" bagi Penjual?

Secara lingkungan pasar, tidak ada dampak tertentu, sebab pasar buku memang hanya terbagi menjadi dua kategori, buku baru dan buku bekas.

Sedangkan, bagi pembeli, 'kata bekas' sendiri berdampak, yakni menjadi jauh lebih ekstra teliti ketika membeli. Jadi, bukanlah dampak yang besar, apalagi hanya soal penyebutan.

Itulah, perbedaan antara buku bekas dan lawas beserta lika-liku dunia perbukuan.

Dapat ditarik benang merahnya, bahwa buku bekas itu belum tentu datang dari buku lawas ataupun langka, karena dominan tahun/masanya masih terjangkau dan masih mudah dicari di pasaran.

Sedangkan, buku lawas dapat dikatakan sudah pasti bekas, jikalau dari koleksi buku lawas terdapat kondisi yang terbilang baru, pasti ada perubahan, salah satunya dari sisi warna (khususnya bagian pinggir kertas) yang mulai berubah menjadi retro.

Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasanmu dalam mengenal luasnya dunia perbukuan ya.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Antara Buku Bekas dan Buku Lawas, Apa Bedanya?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau