Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Krisanti_Kazan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Krisanti_Kazan adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Hari Anak Nasional 2025, Brain Rot, dan Brain Boost

Kompas.com, 23 Juli 2025, 14:18 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sebagai catatan, menurut laporan Common Sense Media, anak-anak dan remaja menghabiskan rata-rata lebih dari 7 jam per hari di depan layar, di luar kebutuhan belajar. 

Sementara di Indonesia, riset dari APJII (2024) menunjukkan bahwa lebih dari 60% pengguna internet aktif adalah anak usia 10–19 tahun, dan sebagian besar mengakses media sosial tanpa pendampingan.

Ini bukan lagi sekadar gaya hidup digital, tapi sinyal bahwa generasi muda kita sedang menghadapi krisis daya pikir yang mendesak.

Brain rot bukan soal melarang teknologi. Ini soal bagaimana teknologi digunakan. Dan jika tidak disikapi serius, kita bisa saja menyaksikan generasi yang mahir meniru, tapi tak mampu berpikir mandiri. 

Anak Hebat Butuh Brain Boost, Bukan Sekadar Asupan Konten

Mimpi besar menuju Indonesia Emas 2045 tidak cukup hanya dengan menghasilkan anak-anak yang akrab dengan teknologi. Anak hebat adalah anak yang mampu mengelola pikirannya, bukan sekadar mengikuti arus konten. 

Untuk itu, mereka membutuhkan brain boost—stimulus yang memperkuat kemampuan berpikir kritis, membangun imajinasi, dan menumbuhkan empati.

Brain boost tidak datang dari layar, melainkan dari interaksi bermakna, kegiatan aktif, dan lingkungan yang kaya stimulasi positif. Anak-anak membutuhkan pengalaman membaca buku cerita yang membuat mereka berimajinasi, berdiskusi tentang hal-hal yang sedang mereka lihat di internet, bermain di alam terbuka, atau bahkan membuat karya dari ide-ide sederhana yang mereka miliki. 

Semua ini memperkuat koneksi otak yang membuat mereka mampu berpikir jangka panjang, memahami sebab-akibat, dan membedakan mana informasi yang bermanfaat dan mana yang hanya sensasi sesaat.

Dalam hal ini, peran orang tua dan guru sangat krusial. Orang tua perlu lebih hadir, bukan sekadar hadir secara fisik, tetapi juga hadir secara emosional dan intelektual—menjadi teman berdiskusi yang kritis dan bijak terhadap penggunaan teknologi. 

Guru pun dituntut untuk tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menjadi fasilitator yang menghubungkan pelajaran dengan dunia nyata dan dunia digital yang mereka kenal.

Langkah kecil seperti mengajak anak berdiskusi tentang konten yang mereka tonton, mengenalkan podcast atau buku bergambar yang sesuai usia, hingga mengajak mereka membuat konten positif sendiri, bisa menjadi cara sederhana namun berdampak besar dalam memberikan brain boost.

Di sinilah pendidikan karakter dan literasi digital harus berjalan beriringan—karena anak yang hebat tidak hanya bisa membaca buku, tapi juga bisa “membaca dunia”. 

Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045

Membangun generasi hebat tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Menuju Indonesia Emas 2045 adalah perjalanan panjang yang memerlukan kolaborasi seluruh ekosistem: keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah, hingga penyedia platform digital. 

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Kata Netizen
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Kata Netizen
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Kata Netizen
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Kata Netizen
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Kata Netizen
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Kata Netizen
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Kata Netizen
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Kata Netizen
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Kata Netizen
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Kata Netizen
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Kata Netizen
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Kata Netizen
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Kata Netizen
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Kata Netizen
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau