Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Semua memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara utuh—baik secara kognitif, emosional, maupun sosial.
Di lingkup keluarga, orang tua memegang peran utama sebagai "gatekeeper" konsumsi konten anak. Pendampingan yang konsisten, dialog terbuka tentang apa yang mereka lihat di internet, serta penanaman nilai-nilai kritis sejak dini adalah fondasi penting.
Sementara di sekolah, guru dan tenaga pendidik perlu beradaptasi dengan gaya belajar generasi digital tanpa kehilangan esensi pendidikan karakter dan nalar berpikir.
Sekolah juga bisa menjadi ruang aman bagi anak untuk belajar memilah informasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pendekatan yang kreatif dan relevan.
Pemerintah dan lembaga terkait dapat memperkuat ekosistem ini dengan menyediakan akses literasi digital yang merata, menyusun kebijakan perlindungan anak di ruang siber, serta mendukung gerakan-gerakan yang mengedukasi publik tentang pentingnya penggunaan teknologi secara sehat.
Tak kalah penting, platform digital sebagai ruang yang paling sering diakses anak-anak, juga harus memiliki komitmen dalam menyediakan fitur edukatif, memfilter konten yang merusak, dan menampilkan narasi-narasi inspiratif yang memperkuat karakter positif.
Sudah saatnya kita bergerak bersama, tidak hanya mengandalkan pendidikan formal, tapi juga pendidikan sosial dan digital. Anak hebat tidak lahir dari larangan dan pengawasan semata, tetapi dari lingkungan yang memfasilitasi eksplorasi sehat, penuh makna, dan arah yang jelas.
Mimpi Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi kenyataan jika hari ini kita mampu menjaga kejernihan pikiran anak-anak dari keruhnya dunia digital.
***
Peringatan Hari Anak Nasional 2025 bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan alarm sosial yang mengingatkan kita semua bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita memperlakukan dan membimbing anak-anak hari ini.
Di tengah derasnya arus digital, kita tidak bisa hanya berharap anak-anak tumbuh hebat dengan sendirinya. Kita perlu hadir, membimbing, dan menyiapkan ruang-ruang aman dan sehat bagi mereka untuk berpikir, berproses, dan berkembang.
Dari brain rot ke brain boost, dari anak yang sekadar menjadi konsumen konten menjadi anak yang kritis, kreatif, dan berkarakter—proses ini tidak instan, tetapi sangat mungkin dicapai jika kita bergerak bersama.
Keluarga, sekolah, pemerintah, komunitas, hingga penyedia platform digital memiliki andil besar dalam menentukan arah langkah generasi masa depan.
Mari jadikan Hari Anak Nasional sebagai titik balik. Bukan hanya untuk merayakan keberadaan anak-anak, tetapi untuk menguatkan komitmen kita menjadikan mereka anak hebat—yang mampu membawa Indonesia menuju masa depan yang kuat, cerdas, dan bermartabat.
Karena setiap klik, setiap tayangan, dan setiap percakapan hari ini adalah investasi bagi Indonesia 2045.
Saatnya kita bantu anak-anak menulis masa depan mereka dengan isi kepala yang jernih dan hati yang tangguh.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Hari Anak Nasional, dari Brain Rot ke Brain Boost, Demi Indonesia Emas 2045"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.