Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Masalah ini kian kompleks karena limbah cangkang kerang tidak bisa dibuang begitu saja ke Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Pemerintah pun belum menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan limbah jenis ini. Warga akhirnya dihadapkan pada pilihan sulit: menumpuk limbah di pinggir pantai atau menghentikan mata pencaharian mereka.
Padahal, cangkang kerang bukan sekadar limbah. Karakteristiknya yang unik justru menjadikannya bahan baku potensial untuk berbagai produk bernilai ekonomi.
Ekonomi Sirkular Sebagai Solusi
Paradigma ekonomi sirkular bisa menjadi jalan keluar. Model ekonomi ini berfokus pada mengeliminasi limbah dengan merancang ulang sistem produksi dan konsumsi, sehingga sampah dapat menjadi sumber daya baru.
Dalam konteks Cilincing, cangkang kerang yang selama ini dianggap limbah sesungguhnya adalah bahan baku industri kreatif yang bernilai tinggi.
Data program TJSL PELNI menunjukkan bahwa cangkang kerang dapat diolah menjadi souvenir, dekorasi rumah, media tanam, hingga bahan bangunan ramah lingkungan seperti paving block.
Negara-negara seperti Filipina dan Thailand sudah membuktikan keberhasilan industri olahan cangkang kerang. Dengan garis pantai lebih dari 54.000 kilometer, Indonesia seharusnya bisa mengikuti jejak tersebut.
Dari sisi ekonomi, jika setiap rumah tangga pengolah kerang di Cilincing dapat menghasilkan produk kerajinan senilai Rp500.000 hingga Rp1.000.000 per bulan dari limbah yang sebelumnya terbuang, dampak ekonominya akan signifikan.
Nilai ini berpotensi mencapai ratusan juta rupiah per bulan untuk seluruh kawasan, belum termasuk efek ganda berupa lapangan kerja baru di sektor pengolahan dan pemasaran.
Pendekatan ini juga lebih efektif secara lingkungan dibanding metode pembuangan konvensional, karena mengurangi volume limbah secara signifikan sekaligus menciptakan nilai tambah.
Langkah Nyata yang Dibutuhkan
Pemerintah perlu mengambil langkah tegas dan progresif agar masyarakat Cilincing tidak harus memilih antara mata pencaharian dan kelestarian lingkungan. Pendekatan reaktif — sekadar mengangkut sampah secara berkala — tidak lagi cukup.
Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan:
Mendirikan Pusat Pengolahan dan Pelatihan Cangkang Kerang di Cilincing sebagai tempat pengumpulan limbah, pelatihan keterampilan, sekaligus showroom produk olahan.