Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Trim
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Bambang Trim adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?

Kompas.com, 16 Desember 2025, 13:35 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Karena itu, guru memang perlu terampil menulis agar ia mampu menilai produk tulisan dari para murid. Level selanjutnya ia mampu menulis bahan pembelajaranâ??termasuk buku teksâ??dengan baik.

Level lebih naik lagi, ia mampu mengalirkan cerita, pemikiran, penemuan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan yang lebih bebas, baik fiksi maupun nonfiksi, yang menarik minat membaca orang lain. Sebagaimana guru-guru di Sumatra dapat mengisahkan peristiwa bencana yang terjadi di sana.

Melatih guru-guru untuk mahir menulis menjadi sebuah keniscayaan menuju pendidikan yang makin bermutu. Guru dapat lebih berdaya dan berdampak dengan menulis, terutama bahan pembelajaran sebagai sebuah terobosan.

Kita memerlukan daya kreatif guru untuk merancang bahan pembelajaran, terutama buku-buku yang menarik untuk generasi Alfa kini.

Pelatihan guru menulis perlu diprogramkan secara nasional dengan merancang silabus pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru menulis, termasuk tren penulisan yang telah berkembang.

Tiga fase menulis yang perlu dilatihkan, yaitu pramenulis, menulis draf, dan swasunting. Idealnya guru dilatih menulis selama 3 hari dalam kelas yang intensif. Guru-guru tersebut juga dipersiapkan melatih rekan-rekannya yang lain, termasuk murid-muridnya.

PR Membaca dan Meresensi Buku

Saat acara Munas Ikapi tahun ini, Menteri Mu'ti juga menyampaikan imbauan agar guru menjadikan membaca buku dan menulis resensi sebagai PR.

Meskipun soal PR ini sering kali menjadi polemik, antara perlu dan tidak perlu, PR membaca buku bukanlah PR yang memberatkan, bahkan malah menyenangkan. Selesai membaca buku lalu menulis resensi adalah sebuah tantangan.

Namun, syaratnya bukuâ??buku nonteksâ??harus tersedia dan banyak. Buku harus mudah didapatkan dan tersedia dalam banyak judul dan banyak genre. Jangan sampai murid diberi PR membaca buku teks dan meresensinya.

Hal itu menjadi salah sasaran. Karena itu, janji Menteri Mu'ti menaikkan anggaran DAK untuk buku menjadi harapan menggairahkan kegiatan penulisan dan penerbitan.

Sepanjang saya melatihkan kepenulisan di daerah-daerah, peserta guru selalu ada. Mereka selalu antusias memperoleh ilmu baru tentang kepenulisan sebagai tanda munculnya kesadaran bahwa menulis itu penting --penting untuk karier mereka dan penting untuk generasi pembelajar masa depan.

Setidaknya mereka mulai berpikir menulis untuk mengubah pembaca dari tidak tahu menjadi tahu; dari tahu menjadi paham; dari paham menjadi mempraktikkan; dan seterusnya.

***

Lahirnya para guru penulis sudah terjadi sejak dulu. Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa, adalah seorang penulis. Mohammad Sjafei pendiri INS Kayutanam, adalah seorang penulis. Penulis-penulis pada zaman Balai Poestaka juga banyak muncul dari kalangan guru. Mereka guru penulis yang canggih pada zamannya.

Pendiri Penerbit Tiga Serangkai yang legendaris adalah suami-istri guru yang menulis. Pendiri Penerbit Erlangga, juga seorang guru yang menulis. Dua penerbit itu merupakan dua kekuatan besar penerbit buku pendidikan yang masih eksis sampai kini.

Ya, apa jadinya dunia tanpa guru yang menulis? Apa jadinya Indonesia tanpa guru yang menulis?

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Apa Jadinya Indonesia Tanpa Guru Penulis?"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau