Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lugas Rumpakaadi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Lugas Rumpakaadi adalah seorang yang berprofesi sebagai Jurnalis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Memimpikan Transportasi Publik yang Terintegrasi di Banyuwangi

Kompas.com - 26/11/2022, 18:37 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Memimpikan Banyuwangi yang Terkoneksi Transportasi Publik"

Salah satu kabupaten yang terdapat di Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi ini merupakan kabupaten dengan wilayah terbesar di Jawa Timur dengan luasnya mencapai 5.782,5 Km persegi.

Meskipun demikian, jumlah penduduknya masih relatif kecil, yaitu hanya sekitar 1,7 juta jiwa berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2020.

Baca juga: Ramai soal Uang Kertas Biru tapi Nominal Rp 5.000, Bagaimana Tanggapan BI?

Sejak dekade 2010-an, Bupati Banyuwangi saat itu, Abdullah Azwar Anas memulai penataan dengan mengubah wajah Banyuwangi dengan pariwisatanya yang mendunia.

Hasil dari penataan dan pembangunan yang dilakukan Bupati Anas dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang secara tidak langsung ikut meningkatkan pendapat masyarakat per kapitanya.

Meski pembangunan banyak dilakukan, sayangnya transportasi publik di Kabupaten Banyuwangi tampaknya belum menjadi prioritas.

Baca juga: Lirik Lagu Selalu Ada di Nadimu - BCL Soundtrack Jumbo, Kalau Nanti Badai Kan Datang

Hal ini terlihat dari masih belum adanya perhatian terhadap angkutan kota (angkot) dan prasarananya seperti terminal-terminal yang saat ini kondisinya terus menurun.

Bahkan sudah banyak orang yang meninggalkan transportasi publik ini dan lebih memilih menggunakan transportasi pribadi.

Dampak dari kondisi ini tentu baru akan terasa di masa mendatang. Sudah dapat dipastikan di masa mendatang dengan kondisi ekonomi yang terus meningkat dan diiringi pertambahan jumlah penduduk, artinya akan bertampah pula jumlah transportasi pribadi di jalanan.

Baca juga: Daftar Lengkap Mutasi 49 Pati dan Pamen Polri Terbaru April 2025

Sehingga kondisi tersebut akan menciptakan volume kendaraan pribadi yang berlebih dan menimbulkan kemacetan, meningkatnya biaya perawatan jalan, serta meningkatkan biaya subsidi bahan bakar.

Kondisi Transportasi Publik Semakin Memprihatinkan

Sebenarnya Kabupaten Banyuwangi sudah memiliki transportasi publik, tapi sayang kondisinya semakin memprihatinkan.

Hal ini terlihat dari beberapa terminal besar yang terdapat di wilayah ibu kota dan sekitarnya, hanya Terminal Brawijaya saja yang masih terlihat aktivitasnya.

Baca juga: Ariel NOAH Bebaskan Lagunya Dinyanyikan Tanpa Izin, Ahmad Dhani: Ya Enggak Apa-apa, tapi...

Transportasi publik seperti angkutan kota (angkot) yang sudah ada dan sempat menjadi pilihan utama masyarakat dalam bertransportasi, kini semakin ditinggalkan.

Selain karena memang kebanyakan usia armadanya yang sudah relatif tua, jumlahnya juga kian sedikit.

Meski begitu, transportasi publik lain seperti bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) masih terlihat beroperasi melayani para penumpang.

Baca juga: Gagal Aktivasi MFA ASN Digital, Berikut Ini Cara Mudahnya

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau