Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dari kegiatan ini ada nilai atau karakter yang dapat dikuatkan dalam diri setiap siswa yang sesuai dengan amanah Kurikulum Merdeka.
Melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila, siswa (diharapkan) memiliki karakter seperti yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Salah satu karakter tersebut adalah beradab. Beradab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti (1) mempunyai adab; mempunyai budi bahasa yang baik; berlaku sopan, (2) telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya.
Mengapa menjadi beradab itu penting? Sebab, salah satu indikator seseorang telah memiliki kematangan kehidupan lahir-batin adalah peduli terhadap lingkungannya.
Peduli terhadap lingkungan dalam konteks pengomposan mengajak siswa berani kotor dan berbagi.
Kita mafhum, pada zaman sekarang banyak anak yang merasa takut, jijik, dan malas-malasan bersentuhan dengan tempat-tempat atau barang-barang yang kotor. Sikap demikian terjadi karena lingkungan tempat mereka dibesarkan kurang mendukung.
Malah yang kerap ditemukan adalah ketika anak-anak hendak bermain di tempat atau dengan barang-barang yang kotor, orangtuanya malah melarang.
Sebab, seringnya orangtua khawatir pada anaknya jika bermain di tempat atau dengna barang yang kotor akan mengakitbatkan anak mereka sakit atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Tentu sikap orangtua seperti itu sangat wajar, namun orangtua perlu menyadari bahwa di balik tempat atau benda yang kotor sebenarnya ada hal-hal dan nilai-nilai baik yang bisa dipetik.
Jika seorang anak diberikan kesempatan untuk bersentuhan dengan tempat atau benda yang kotor, berarti mereka sedang dalam proses belajar.
Belajar berani menghadapi kenyataan bahwa tidak semua hal yang dihadapi selalu bersih, menyenangkan, dan menyegarkan. Tetapi, ada hal-hal yang kotor, menjijikkan, dan berbau.
Maka dari itu, melalui projek pengomposan, anak-anak diarahkan untuk berani bersentuhan dengan sampah, tanah, buah busuk, sisa-sisa makanan, dan sejenisnya.
Semua itu kotor, menjijikkan, dan berbau. Akan tetapi, keterlibatan anak dalam kegiatan ini, sedikit banyak, membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih siap.
Sekalipun di rumah mereka kurang atau tidak berani melakukannya, di sekolah mereka berani melakukannya bersama teman-temannya. Sebab, satu dengan yang lain saling memotivasi dan di antara mereka sangat mungkin ada yang menjadi teladan.
Dalam situasi demikian, keberanian anak bisa muncul secara spontan. Tidak lagi jijik terhadap tanah, tempat becek, tempat kotor, bau kurang sedap, sampah, dan sejenisnya.