Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saat pertama kali memulai usaha kuliner, saya berangkat tanpa pengalaman sama sekali. Di kawasan parkir timur Gelora Bung Karno, setiap hari Minggu yang selalu dipenuhi orang yang hendak berolahraga atau sekadar cuci mata, saya selalu menjajakan dagangan saya.
Waktu itu, saya menjual makanan olahan pisang, yakni pisang cokelat. Bahan-bahan yang digunakan adalah pisang tanduk, cokelat, margarin, lalu kulit lumpia untuk membungkusnya.
Kemudian setelah dibungkus, digoreng hingga kulitnya berwarna kuning kecokelatan sehingga renyah ketika digigit.
Selain saya, banyak juga yang waktu itu menjajakan berbagai dagangan, mulai dari pakaian, alas kaki, aksesoris, dan produk makanan lain.
Membuka bisnis kuliner bukan tanpa konsep. Paling utama adalah melihat potensi pasar lalu melihat kondisi persaingan.
Hal ini lah yang jadi alasan mengapa saya memilih menjual pisang cokelat di kawasan GBK. Sebab, pada waktu itu di Jakarta penjual pisang cokelat hanya bisa ditemui di Setiabudi dan Pasar Baru.
Pertimbangan yang sama juga saya gunakan saat mendirikan tempat semi permanen untuk menjual produk bisnis saya. Lokasinya juga tidak terlalu jauh dari lokasi awal.
Dengan adanya tempat baru, saya juga mencoba menambah variasi menu lain seperti aneka kopi, coffee shake, minuman ringan, serta hidangan makanan lain.
Tahun berikutnya, saya memutuskan untuk menyeriusi bisnis kuliner ini hingga akhirnya bisa mengelola sebuah restoran berkapasitas 250 tempat duduk di Kebayoran Baru.
Berkat pengalaman menjalani bisnis kuliner dari nol hingga sekarang, ada satu hal penting yang perlu dikuasai oleh mereka yang ingin memulai bisnis, yakni konsep bisnis.
Berikut ini adalah beberapa konsep bisnis yang perlu diketahui oleh pelaku bisnis kuliner.
Hal paling utama yang perlu dipikirkan adalah produk apa yang hendak dijual. Pada konteks bisnis kuliner, Anda bisa mencoba menjual produk berupa minuman, makanan ringan, medium meals atau makanan selain makanan utama, dan makanan utama.
Ketika memikirkan suatu produk yang dijual juga jangan lupa untuk menghitung biaya pembuatan, harga jual, serta keuntungan yang diharapkan.
Selanjutnya perlu juga memikirkan skala usaha, seberapa besar Anda ingin memulai bisnis Anda.
Apakah produk Anda dititip ke pihak ketiga, apakah membuka lapak/warung kaki lima, atau membuka restoran berukuran besar dengan manajemen yang lebih profesional.
Skala besar atau kecilnya suatu usaha ini tentu disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki.
Dalam bisnis kuliner memilih tempat atau lokasi bisnis itu penting. Sebab, pemilihan tempat ini berpengaruh pada penjualan produk Anda.
Pemilihan tempat atau lokasi bisnis ini tentu disesuaikan dengan produk yang dijual dan skala usaha yang Anda miliki.
Tempat usaha yang dipilih juga mesti dirancang dengan konsep tertentu agar menarik pengunjung.
Jika mengikuti pembeli zaman sekarang, tempat dan atmosfer yang instagramable mungkin bisa dijadikan referensi.
Menyajikan pelayanan yang menyenangkan akan membuat pembeli dan pelanggan puas lantas datang kembali ke tempat Anda.
Gaya penjualan dan pelayanan juga bisa berupa konsep yang unik. Misalnya seperti warung tenda soto dan rawon di kawasan Sudirman, Bogor yang memiliki penjual cerewet.
Dalam situasi biasa, orang cerewet akan terasa menyebalkan, tetapi ketika cerewet dijadikan sebuah “gimmick” dalam menjual makanan, justru malah disenangi pelanggan dan pembeli.
Tentu gaya pelayanan yang cerewet ini tidak akan cocok digunakan pada restoran fine dining. Maka dari itu gaya pelayanan ini juga perlu disesuaikan dengan produk dan skala usaha Anda.
Dengan memberikan pelayanan yang baik, maka akan membentuk reputasi yang baik pula bagi bisnis kuliner yang sedang dikelola.
Konsep khas juga bisa terbentuk dari cara penyajian, genre musik latar, desain menu, dan segala hal yang menarik perhatian pembeli atau membuat betah pelanggan.
Sebelum membuka satu bisnis kuliner seyogianya terlebih dahulu memikirkan dan membuat konsep yang jelas.
Konsep ini meliputi: makanan minuman hendak dijual, tempat dan lokasi, gaya pelayanan, cara penyajian, atmosfer, dan seterusnya.
Konsep bisnis kuliner dibuat dengan cermat, agar tidak berubah drastis dalam jangka waktu pendek. Sebab, mengubah konsep berpotensi mengganti target market dan itu tidak mudah.
Gambaran konsep bisnis kuliner di atas semata-mata dibuat berdasarkan pengalaman. Tidak belajar secara formal akademis.
Hal terpenting dalam bisnis kuliner adalah memikirkan costumer base. Tanpa itu produk makanan dan minuman yang kita jual tidak akan ada yang membeli.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Perlukah Merancang Konsep sebelum Membuka Bisnis Kuliner?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.