Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kelima, adanya perbedaan kemampuan serta kapasitas para tenaga dan kader kesehatan di lapanagan yang melakukan pengukuran antropometri dan melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
Hal ini juga perlu mendapat perhatian bersama. Bagaimana caranya agar semua tenaga serta kader kesehatan yang berada di lapangan mampu melakukan pengukuran antropometri dan rujukan ke faskes lanjutan dengan baik.
Keenam, kondisi lingkungan atau geografis. Kondisi geografis seperti topografi wilayah serta jarak dari rumah masyarakat ke fasilitas kesehatan tingkat primer, seperti Posyandu, Puskesmas, maupun faskes tingkat lanjutan, yakni Rumah Sakit juga menjadi kendala tersendiri mengapa masalah stunting tak kunjung bisa diselesaikan dengan baik.
Sekali lagi, stunting adalah sebuah kondisi yang multifaktorial yang berarti kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berperan bersama dalam memengaruhi pertumbuhan anak. Stunting tidak boleh dianggap sebagai akibat dari suatu faktor yang tunggal.
Upaya untuk memenuhi hak anak dalam memperoleh pertumbuhan yang optimal bisa diibaratkan seperti orkestra dari sebuah sistem. Dengan demikian, stunting ialah tanda dari lemahnya sistem secara keseluruhan.
Jika pemerintah hanya fokus untuk membenahi satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya, pengentasan stunting tentu akan berujung menjadi wacana belaka selamanya.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Stunting, Sebuah Tanda Lemahnya Sistem Kebijakan"
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya