Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dengan begini, tidak akan ada lagi angkot yang akan ngetem untuk mencari penumpang melainkan akan terus bergerak mengantarkan penumpang dengan cepat.
Pembayaran pun hanya boleh dilakukan dengan pembayaran cashless dan dikenakan tarif yang seragam, misalnya sebesar Rp1.000 baik jauh atau dekat.
Kedua, angkot di Kota Bogor mesti dibuat menarik dan tidak terkesan kumuh atau kotor untuk mendukung Kota Bogor sebagai kota Heritage.
Hal serupa juga dilakukan di Kota Tangerang dan Kota Padang, di sana angkot tampil menarik dan tidak terlihat kumuh.
Bogor bisa juga ikut menerapkan hal serupa, membawa kesan dan pesan heritage di angkot. Atau bisa juga angkot diterapkan sebagai kendaraan antar jemput pegawai ASN sehingga tidak ada lagi ASN yang menggunakan mobil pribadi yang justru malah berkontribusi menyumbang kemaceten.
Menyediakan armada angkot premium yang memiliki AC dan perangkat sound system mungkin bisa jadi alternatif untuk bisa menarik masyarakat untuk beralih menggunakan angkot.
Ketiga, menyediakan layanan konversi bagi sopir angkot untuk beralih ke profesi lain. Seperti misalnya, sopir bus wisata, petugas tiket, petugas parkir, mekanik perawatan bus, atau pekerjaan lainnya.
Menurut beberapa informasi, hal semacam itu rupanya sudah diupayakan dan dilakukan oleh Pemkot Bogor.
Terkait konversi ini, ada satu tantangan, yakni bagaimana nasib sopir angkot dan pengusaha pemilik angkot. Apabila tantangan ini bisa diatasi dan ditemukan solusi yang baik, maka jumlah angkot akan bisa dikurangi hingga sesuai kebutuhan dan tidak lagi membuat macet karena adanya angkot yang ngetem.
Di beberapa kota di Indonesia , Angkot malah tidak pernah menjadi moda transportasi massal. Seperti di Kota Tuban Jawa Timur. Hampir jarang ditemui angkot di kota ini. Tapi kendaraan roda dua sepeda motor numplek banyak sekali.
Di beberapa kota yang ada di Indonesia, angkot justru angkot bukanlah moda transportasi massal andalan.
Kota Tuban misalnya, di kota ini meski terdapat angkot namun tidak banyak orang yang memanfaatkan angkot sebagai moda transportasi utama. Masyarakat Tuban lebih banyak yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti motor sebagai alat transportasi utama.
Selain Tuban, Yogyakarta juga merupakan kota yang memiliki sedikit angkot. Meski masih ada, namun sejak tahun 2008 Yogyakarta telah memiliki sistem transportasi lain, yakni Trans Jogja.
Kota lain yang jarang ditemui angkot adalah Denpasar. Sebagai kota wisata, Denpasar tidak memiliki banyak angkot. Masyarakat serta wisatawan di sana lebih senang menggunakan kendaraan pribadi karena bisa dibawa ke tempat mana saja yang mereka mau.
***