Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bagi orangtua yang memiliki anak, tentu temuan kasus mycoplasma pneumonia membuat cemas. Sebab, potensi penyebaran penyakit ini begitu efektif di lingkungan sekolah lantaran akan banyak terjadi interaksi antar anak yang intens.
Oleh karenanya, sebagai langkah pencegahan jika ada anak yang sedang batuk atau pilek disarankan untuk mengenakan masker selama proses belajar. Sekolah dapat membantu menyediakan masker ini atau menjualnya di kantin sebagai upaya antisipatif.
Jika perlu anak yang sedang batuk atau pilek bisa diberi izin untuk beristirahat dari rumah, agar tidak menularkan kepada siswa lainnya.
Sebagai catatan, mycoplasma pneumonia adalah penyakit yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan, terutama pada paru-paru.
Penyakit ini cenderung menyerang kelompok usia muda, khususnya anak-anak dan remaja. Gejala umumnya meliputi demam, batuk kering, nyeri dada, dan kadang-kadang disertai sesak napas.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P), Maxi Rondonuwu, menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan terhadap mycoplasma pneumonia.
Temuan enam kasus mycoplasma pneumonia yang telah sembuh ini mencakup pasien berusia 3 hingga 12 tahun. Gejala awalnya mirip dengan pneumonia pada umumnya, demam dan batuk sebagai tanda utama yang bisa berlangsung hingga tiga minggu.
Meski begitu penanganan penyakit ini sebetulnya tidak begitu sulit, karena tidak sebabkan oleh virus. Terlebih, penyakit ini sudah tercatat dalam buku pedoman pneumonia.
Dibandingkan dengan Covid-19, influenza, atau penyakit pneumonia lainnya, mycoplasma pneumonia memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah.
Tak semua pasien memerlukan rawat inap. Angka kematian karena penyakit ini pun relatif rendah, hanya sekitar 0,5 hingga 2 persen, itu pun dengan catatan pasien memiliki komorbid atau penyakit lain yang dapat menyebabkan komplikasi.
Meskipun gejalanya mirip, penyebab mycoplasma pneumonia berbeda dengan covid-19. Mycoplasma pneumonia disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae, sementara Covid-19 dibsebakan oleh virus SARS-CoV-2.
Pengobatan mycoplasma pneumonia melibatkan antibiotik tertentu seperti azitromisin atau doksisiklin, sedangkan untuk Covid-19 belum ada pengobatan spesifik.
Prognosis untuk mycoplasma pneumonia cenderung baik dengan pengobatan antibiotik, sementara prognosis Covid-19 bervariasi tergantung pada faktor risiko dan keparahan gejala.
Anak-anak yang sakit sebaiknya diisolasi untuk mencegah penularan kepada yang lain. Penting juga bagi orangtua untuk memahami perbedaan antara mycoplasma pneumonia dan Covid-19.
Mengingat peningkatan kasus mycoplasma pneumonia yang umumnya terjadi pada anak-anak, langkah-langkah preventif perlu diambil untuk menjaga daya tahan tubuh anak dan mencegah penyebaran penyakit ini.
Orangtua bisa membiasakan lagi pola hidup bersih dan sehat yang sebelumnya sudah pernah dipraktikkan pada masa pandemi covid-19.
Dengan membiasakan anak melakukan pola hidup bersih dan sehat, ditambah juga untuk selalu menggunakan masker ketika keluar rumah, diharapkan akan mengurangi risiko anak terinfeksi mycoplasma pneumonia.
Di samping itu, orangtua di rumah juga perlu memberikan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan takaran gizi anak. Usahakan untuk tidak membiasakan memberikan makanan instan pada anak.
Tak hanya dirumah, langkah-langkah pencegahan ini juga perlu dilakukan di lingkungan sekolah. Pihak sekolah perlu kooperatif menjaga lingkungannya tetap sehat dan bersih.
Hal-hal yang bisa dilakukan pihak sekolah antara lain menyediakan wastafel dan kran air untuk para penghuni sekolah mencuci tangannya setiap dan sebelum melakukan aktivitas.
Selain itu, pihak sekolah juga perlu mengimbau siswa untuk tertib menggunakan masker selama berada di lingkungan sekolah. Pihak sekolah juga bisa menyediakan masker gratis yang bisa digunakan seluruh orang yang ada di sekolah.
Lalu, pihak sekolah juga bisa melakukan pelacakan kasus jika ditemukan kasus positif mycoplasma pneumonia. Hal ini bisa dilakukan melibatkan tenaga kesehatan setempat untuk mengunjungi sekolah dan memantau kondisi kesehatan siswa maupun lingkungan sekitar sekolah.
Melalui upaya edukasi yang tepat, diharapkan kita dapat lebih baik dalam mencegah dan mengatasi mycoplasma pneumonia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.