Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andri Mastiyanto
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Andri Mastiyanto adalah seorang yang berprofesi sebagai Tenaga Kesehatan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Melihat dari Dekat Bagaimana Proses Rehabilitasi Narkoba Dilakukan

Kompas.com, 13 Maret 2024, 12:36 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di Unit Rehabilitasi NAPZA, tidak mengenal istilah bangsal, melainkan rumah atau house. RSKO Jakarta menyebut bangsal Rehabilitasi NAPZA dengan nama Halmahera House. Penyebutan staf yang bertugas pun dipanggil “bro (brother)” dan “sist (sister).” Semua yang berada di rumah Halmahera adalah keluarga.

Pada fase induction ini, resident dikenalkan dengan terapi perubahan perilaku yang diintegrasikan dengan rehabilitasi medis oleh tim pemberi asuhan.

Di samping itu ada juga peran Buddy yang akan memberi pemahaman dan pendampingan soal program rehabilitasi narkoba yang akan dijalani setelah fase induction.

Peran Buddy di sini adalah untuk mendampingi dan memberikan rasa nyaman serta aman bagi resident baru. Sebab, jika resident sudah merasa aman dan nyaman, maka ia akan bisa menjalani seluruh rangkaian program dengan baik.

Di fase ini resident akan berinteraksi dengan semua penghuni rumah dalam sesi terapi berkelompok, adaptasi diri atas perubahan kesadaran tentang dampak buruk narkoba, serta intervensi psikologi oleh tim pemberi asuhan.

Pada fase ini pula, resident akan diberi motivasi agar dapat mendorong dirinya untuk meminimalisir keinginan penggunaan kembali zat NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).

Apabila dalam menjalani fase ini resident terlihat kesulitan, maka tim pemberi asuhan akan memberikan metode Cognitive Behavioural Therapy (CBT) untuk mendorong proses perubahan.

Metode ini mengharuskan buddy yang mendampingi resident terlibat dalam proses pembinaan. Jika ada program yang dijalani resident belum sesuai, maka nantinya buddy lah yang akan dimintai pertanggubjawaban.

Pemilihan buddy serta konselor juga disesuaikan dengan karakter sang resident, agar proses pembinaan berjalan lancar dan tidak menemui banyak kendala.

Fase Primary

Fase selanjutnya adalah primary, yakni program inti dari rehabilitasi. Di fase ini resident sudah tidak didampingi oleh buddy.

Pada fase ini pula, resident akan dikenalkan dengan konsep Therapy Community (TC) dan metode "dua belas Langkah." Terapi komunitas ini menurut Hayton (1988), merupakan metode terstruktur guna mengubah perilaku manusia dalam lingkup komunitas dewasa yang bertanggung jawab. Metode TC ini akan berhasil dengan catatan resident menyelesaikan proses secara lengkap.

Fase TC ini merupakan perwujudan dari blind faith yang harapannya resident percaya sepenuhnya bahwa program yang sedang ia jalankan akan dapat memulihkan dirinya dari ketergantungan narkoba.

Fase ini juga merupakan rekonstruksi diri dan penerapan pengetahuan yang didapat saat fase sebelumnya. Artinya, resident sudah diberi tanggung jawab dan wawasan mengenai hidup dalam sekumpulan orang yang disebut keluarga.

Ketika menjalani fase ini, resident akan menerima tanggung jawab sesuai di divisi mana ia ditempatkan saat rehabilitasi. Di periode 2015-2019, terdapat beberapa divisi, seperti kitchen, housekeeping, dan laundry yang masing-masing dipimpin oleh seorang head division.

Resident akan mendapat pengawasan penuh dari Co-Expeditors alias pengawas disiplin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan divisi masing-masing.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau