Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Penghasilan yang didapatkan juga bisa lebih besar, karena datang dua arah, yakni secara langsung dan online.
Membaca Nasib Literasi Indonesia
Terlepas dari libasan era disrupsi, masih ada solusi untuk bisa beradaptasi, namun apalagi yang menjadi tantangan toko buku?
Melansir dari Indonesiabaik.id dan Perpusnas, pada tahun 2016 hingga 2022 tingkat kegemaran membaca khususnya masyarakat Indonesia terus berangsur meningkat. Pada 2016 hanya berada diangka 26,5 persen, namun hingga 2022 meningkat hingga 63,9 persen.
Terlepas dari angka di atas, mewarta dari Kompas.id, saat ini kita berada di era post-literate society, di mana kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi ragam informasi via teks kini sudah beralih menjadi paparan dalam bentuk video.
Kemudian, perubahan ini juga terjadi secara drastis pada dunia pendidikan, di mana siswa hingga mahasiswa sudah tidak terbiasa dan sangat kesulitan saat membaca kalimat (yang panjang) dalam suatu teks.
Masih dilansir dari sumber yang sama, menanggapi persoalan tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah beradaptasi dengan era ini, di mana tetap menjadikan buku sebagai sumber dan media utamanya.
Sebagai contoh nyata, seperti sebuah konten atau promosi film/novel tertentu yang tetap merujuk pada penggunaan buku sebagai sumber terakurat, di mana poin-poin yang hadir didalamnya menjadi acuan oleh si pembuat konten.
Lagi, pada media online, mempunyai warna akan bahasa dalam membahas berbagai peristiwa, dan dalam penelitiannya 'masih' bahkan terus menyandarkan dan membutuhkan buku-buku sebagai referensinya.
Hal ini, tanpa disadari ikut menantang pada penjual buku untuk tetap eksis dan beradaptasi dengan perubahan besar, bukan hanya sekedar menjual melainkan juga terjun langsung untuk mempromosikan buku secara online, seperti dalam pembuatan konten untuk menarik pembeli, hingga menyelami seluk promosi lainnya.
Tetap Hidup dan Optimistis
Secara garis besar, buku masih dibutuhkan, sekalipun sudah mulai deras beragam informasi dalam bentuk video/audio visual.
Tantangan untuk toko buku sendiri adalah bagaimana caranya supaya bisa menyesuaikan kondisi dengan aksentuasi para pembaca yang makin condong memakai perangkat digital.
Seperti yang sudah terjawab pada laman sebelumnya, yakni dengan cara menghadirkan wajah baru untuk bertransaksi buku, misal memberikan berbagai promo menarik.
Bergugurannya lapak-lapak buku bekas secara fisik tak menjadi penyebab rasa cinta masyarakat terhadap buku luntur, melainkan menjadi tantangan tersendiri untuk pegiat literasi hingga penjual buku.
Supaya bukan lagi sekedar memajang buku-buku di rak lalu berharap bisa menarik banyak pembeli yang datang, tetapi mulai ikut berinovasi dengan konsep atau nuansa toko yang menyesuaikan kesukaannya para masyarakat khususnya generasi muda.
Seperti misal, toko buku bekas dengan nuansa antik yang menghadirkan wajah baru bernuansa kafe atau tetap pada wajah aslinya namun bergelut melalui live streaming yang bukan hanya memasarkan buku saja melainkan juga memperkenal seperti apa wajah fisik tokonya,
Barangkali ada customer yang tertarik dan mau berkunjung, atau bisa juga ikut membuat konten-konten review (entah novel, komik, dsb) yang memproduksi teks/isi bukunya menjadi bentuk video/audio visual.
Begitu zaman serba digital sudah sampai, maka yang menjadi kunci penjual buku adalah ikut beradaptasi.
Bukan untuk meninggalkan lapak tradisional, melainkan turut memperkenalkan buku-buku secara global hingga bisa lebih mudah dan spesifik dalam menyasar pelanggan.
Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasanmu dalam mengenal dunia jual-beli buku bekas ya. Salam literasi, semoga sehat-sehat selalu untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Toko Buku Bekas: Dulu Mendominasi, Kini Terlibas Era Disrupsi dan Tantangan Literasi"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.