Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dina Amalia (Kaka D)
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dina Amalia (Kaka D) adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Kompas.com - 30/09/2024, 23:59 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Penghasilan yang didapatkan juga bisa lebih besar, karena datang dua arah, yakni secara langsung dan online.

Membaca Nasib Literasi Indonesia

Terlepas dari libasan era disrupsi, masih ada solusi untuk bisa beradaptasi, namun apalagi yang menjadi tantangan toko buku?

Melansir dari Indonesiabaik.id dan Perpusnas, pada tahun 2016 hingga 2022 tingkat kegemaran membaca khususnya masyarakat Indonesia terus berangsur meningkat. Pada 2016 hanya berada diangka 26,5 persen, namun hingga 2022 meningkat hingga 63,9 persen.

Terlepas dari angka di atas, mewarta dari Kompas.id, saat ini kita berada di era post-literate society, di mana kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi ragam informasi via teks kini sudah beralih menjadi paparan dalam bentuk video.

Kemudian, perubahan ini juga terjadi secara drastis pada dunia pendidikan, di mana siswa hingga mahasiswa sudah tidak terbiasa dan sangat kesulitan saat membaca kalimat (yang panjang) dalam suatu teks.

Masih dilansir dari sumber yang sama, menanggapi persoalan tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah beradaptasi dengan era ini, di mana tetap menjadikan buku sebagai sumber dan media utamanya.

Sebagai contoh nyata, seperti sebuah konten atau promosi film/novel tertentu yang tetap merujuk pada penggunaan buku sebagai sumber terakurat, di mana poin-poin yang hadir didalamnya menjadi acuan oleh si pembuat konten.

Lagi, pada media online, mempunyai warna akan bahasa dalam membahas berbagai peristiwa, dan dalam penelitiannya 'masih' bahkan terus menyandarkan dan membutuhkan buku-buku sebagai referensinya.

Hal ini, tanpa disadari ikut menantang pada penjual buku untuk tetap eksis dan beradaptasi dengan perubahan besar, bukan hanya sekedar menjual melainkan juga terjun langsung untuk mempromosikan buku secara online, seperti dalam pembuatan konten untuk menarik pembeli, hingga menyelami seluk promosi lainnya.

Tetap Hidup dan Optimistis

Secara garis besar, buku masih dibutuhkan, sekalipun sudah mulai deras beragam informasi dalam bentuk video/audio visual.

Tantangan untuk toko buku sendiri adalah bagaimana caranya supaya bisa menyesuaikan kondisi dengan aksentuasi para pembaca yang makin condong memakai perangkat digital.

Seperti yang sudah terjawab pada laman sebelumnya, yakni dengan cara menghadirkan wajah baru untuk bertransaksi buku, misal memberikan berbagai promo menarik.

Bergugurannya lapak-lapak buku bekas secara fisik tak menjadi penyebab rasa cinta masyarakat terhadap buku luntur, melainkan menjadi tantangan tersendiri untuk pegiat literasi hingga penjual buku.

Supaya bukan lagi sekedar memajang buku-buku di rak lalu berharap bisa menarik banyak pembeli yang datang, tetapi mulai ikut berinovasi dengan konsep atau nuansa toko yang menyesuaikan kesukaannya para masyarakat khususnya generasi muda.

Seperti misal, toko buku bekas dengan nuansa antik yang menghadirkan wajah baru bernuansa kafe atau tetap pada wajah aslinya namun bergelut melalui live streaming yang bukan hanya memasarkan buku saja melainkan juga memperkenal seperti apa wajah fisik tokonya,

Barangkali ada customer yang tertarik dan mau berkunjung, atau bisa juga ikut membuat konten-konten review (entah novel, komik, dsb) yang memproduksi teks/isi bukunya menjadi bentuk video/audio visual.

Begitu zaman serba digital sudah sampai, maka yang menjadi kunci penjual buku adalah ikut beradaptasi.

Bukan untuk meninggalkan lapak tradisional, melainkan turut memperkenalkan buku-buku secara global hingga bisa lebih mudah dan spesifik dalam menyasar pelanggan.

Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasanmu dalam mengenal dunia jual-beli buku bekas ya. Salam literasi, semoga sehat-sehat selalu untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Toko Buku Bekas: Dulu Mendominasi, Kini Terlibas Era Disrupsi dan Tantangan Literasi"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau