Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Oh iya, satu lagi selama Ramadhan siswa dibekali dengan Buku Amaliyah Ramadhan untuk memantau kegiatan ibadah yang mesti dibiasakan siswa sejak dini.
Sekolah, Libur Ramadan, dan Tantangan Dinamika Siswa
Jika sekolah diliburkan selama bulan Ramadhan lalu bagaimana siswa mengisi waktu di rumah. Di era digital seperti sekarang ketika anak-anak begitu akrab dengan gadget. Bila membiarkan mereka tanpa arahan yang jelas bisa berujung pada waktu yang terbuang sia-sia.
Pemerintah perlu merumuskan langkah konkret agar libur Ramadan benar-benar menjadi waktu yang bermakna dan bukan sekadar jeda dari rutinitas belajar.
Salah satu gagasan yang bisa diterapkan adalah memberikan target peningkatan spiritualisme siswa selama Ramadan.
Dorongan untuk lebih aktif beribadah, membaca Al-Qur'an, atau membantu orang tua di rumah.
Siswa dapat diarahkan untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum pembentukan karakter. Dalam hal ini, libur sebulan penuh mungkin tidak menjadi masalah jika siswa didukung dengan program-program pembinaan jarak jauh yang berorientasi pada nilai-nilai agama dan moral.
Akan tetapi, jika tujuan utamanya tetap memastikan siswa menguasai materi pelajaran maka libur panjang ini bisa menjadi tantangan besar. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang sempat menjadi andalan selama pandemi yang lalu belum sepenuhnya ideal untuk diterapkan kembali.
Kendala minimnya pendampingan dari orang tua ataupun tingkat konsentrasi siswa yang mudah teralihkan oleh hiburan berupa hp atau konten digital menjadi faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.
Ditambah lagi, wacana kembalinya Ujian Nasional semakin mempertegas pentingnya kesinambungan belajar selama Ramadhan.
Pasca pandemi, kualitas literasi dan numerasi siswa di Indonesia masih menjadi PR besar. Daya serap siswa terhadap materi pelajaran cenderung menurun. Bila kebijakan ini benar-benar diterapkan maka rencana jangka panjang harus segera dirumuskan.
Tidak hanya mencakup target pembelajaran tetapi juga pengembangan karakter dan keterampilan siswa.
Libur sekolah selama Ramadhan bisa menjadi peluang untuk menata ulang arah pendidikan asalkan dilandasi perencanaan yang matang.
Dengan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan orangtua, maka selayaknya kita bisa menjadikan libur Ramadhan sebagai momentum transformasi pendidikan yang berkelanjutan.
Momentum untuk Bonding Orangtua dengan Anak
Libur sekolah selama Ramadhan jika diterapkan bisa menjadi peluang besar bagi orangtua untuk mempererat hubungan dengan anak.
Selama ini dalam keseharian orangtua seringkali disibukkan oleh pekerjaan dan tanggung jawab lainnya. Banyak orangtua merasa kesulitan meluangkan waktu berkualitas bersama anak.
Ramadhan dapat menjadi bulan yang istimewa untuk mengisi kekosongan itu guna menghadirkan kembali kehangatan keluarga yang mungkin selama ini terabaikan.
Tak jarang, anak-anak lebih dekat dengan gurunya selama 11 bulan di sekolah. Guru lah yang menemani belajar, membimbing menghadapi tantangan, dan menjadi teladan bagi siswa dalam banyak hal.
Jadi, Ramadan memberikan waktu sebulan penuh bagi orangtua untuk turut mendalami peran tersebut. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki kualitas hubungan yang mungkin sempat renggang.