Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Listhia H. Rahman
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Listhia H. Rahman adalah seorang yang berprofesi sebagai Ahli Gizi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apakah Olahraga Rutin Bisa Mengubah Hidupmu?

Kompas.com - 24/02/2025, 15:29 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Setelah kurang lebih satu tahun lebih berolahraga, saya punya angka kolesterol yang cukup stabil di kategori normal. Angkanya selalu di bawah 200 dan berkelanjutan. Jadi, jika ingin kolesterol baik-baik saja, cobalah rutin berolahraga.

2. HR Saya Tidak Mudah "Meledak"

Heart rate atau detak jantung saya tidak tantrum saat berolahraga adalah pertanda bahwa jantung bekerja efisien.

Ingat, jantung punya tugas penting yaitu memompa darah ke seluruh tubuh dan berolahraga membuatnya bekerja lebih.

Saya ingat sekali di awal mulai memasukan olahraga sebagai rutinitas, saya mudah ngos-ngosan.

Saat mengecek di smartband, jelas sekali bahwa jantung saya memang bekerja keras dan belum efisien.

Detak jantung saya suka sekali bermain di detak jantung maksimal (rumus detak jantung maks=220-usia) waktu itu. Agak ngeri! 

Untungnya, seiring berjalannya waktu saya mulai menyadari bahwa saya tidak mudah ngos-ngosan lagi. Heart rate saya jadi tidak naik ekstrem meski dengan olahraga yang sama di awal. 

Memang ya, manusia adalah "mesin" paling efisien yang dimana ketika dilatih maka akan nampak nyata kinerjanya. Terima kasih otot jantungku!

3. "Obat Stress" Paling Murah Meriah

Tidak dipungkiri bahwa semua orang pasti stress termasuk saya.

Pembeda ada dari cara menanggulangi stress tersebut, dan saya memilih jalur olahraga.

Kadang di tengah kesibukan pekerjaan, dan bumbu kehidupan lain yang kadang membuat stress membuat saya harus punya solusi jitu. Jangan sampai stress berkepanjangan membuat saya tidak produktif.

Rupanya olahraga adalah obatnya. Bukan hanya mampu memanajemen secara fisik, pun secara emosional. Obatnya bernama hormon norepinefrin, yaitu hormon yang dapat membantu otak dalam mengatasi stress. 

Studi sudah membuktikan bahwa 30 menit berolahraga selama lima hari/lebih dalam seminggu dapat membantu mengurangi keputusasaan dan tekanan mental. Maka benar jika rekomendasi yang dianjurkan memang setidaknya 150 menit per minggu.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau