Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Septian Ananggadipa
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Septian Ananggadipa adalah seorang yang berprofesi sebagai Auditor. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Danantara, Pertaruhan Masa Depan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 25/02/2025, 11:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kondisi saat ini, sekitar 50-55% total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga.

Apabila pemerintah ingin mendorong tingkat konsumsi, tentu menjadi tantangan yang sangat berat di tengah tekanan ekonomi dan daya beli masyarakat. 

Indonesia memerlukan mesin pendorong yang lebih kuat agar bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang eksponensial. Pendirian Danantara merupakan salah satu upaya solusi pemerintah terutama dalam hal mendorong pertumbuhan investasi di tanah air.

Investasi juga diharapkan memberi multiplier effect bagi peningkatan komponen lain agar pertumbuhan ekonomi 8% bisa terwujud.

Seberapa besar pengaruh keberadaan SWF?

Mari kita lihat kinerja SWF yang paling dekat dengan Indonesia, yaitu Temasek Holdings (Singapura) dan Khazanah Nasional Berhad (Malaysia). 

Berdasarkan informasi dari website resmi keduanya, rata-rata imbal hasil (return) investasi sekitar 6% per tahun. Imbal hasil itu diperoleh dari kenaikan nilai ekuitas atas perusahaan-perusahaan yang dikelola Temasek dan Khazanah.

Secara persentase bukan angka yang terlalu besar, apalagi jika dibandingkan dengan yield obligasi emerging market.

Namun, kinerja SWF tidak hanya dilihat dari perolehan return-nya saja, karena selain investasi ekuitas sejatinya SWF sekaligus superholding juga berperan untuk menarik arus modal global ke dalam negeri. 

Misalnya, Indonesia mencanangkan proyek kereta api lintas Kalimantan senilai 20 miliar AS atau sekitar 320 triliun rupiah. Tentu berat jika harus menggunakan APBN. Jika swasta semua, tentu para investor melihat risikonya sangat besar, apalagi pengembaliannya lama.

Oleh karena itu, Danantara diperlukan untuk meracik 'deal' yang menarik sehingga pemerintah dan swasta dapat sama-sama berkontribusi mewujudkan proyek tersebut.

Perumpaan teknisnya bisa dilakukan dengan membentuk PT Borneo Railway, lalu saham disetor bersama Danantara, investor swasta nasional, dan investor swasta internasional. 

Terwujudnya proyek tersebut akan membuka lapangan kerja baru, penjualan bahan bangunan, material besi, jalur perdagangan barang yang lebih efisien, pariwisata yang meningkat, dan lain-lain. Multiplier effect-nya pada ekonomi akan sangat besar. 

Meskipun di sisi lain, keterlibatan investor global akan membuat nuansa kapitalisme mau tidak mau semakin kental. Hitung-hitungan solvabilitas dan profitabilitas harus jelas meskipun terkadang berdampak pada biaya yang dikenakan ke masyarakat menjadi lebih besar.

Danantara harus cermat memperhatikan aspek ini. Kombinasi antara investasi di dalam negeri dan ekuitas di luar negeri menjadi strategi yang menarik sekaligus menantang.

Kebijakan investasi dan proyek strategis harus direncanakan dengan lebih matang, pemerintah tidak bisa asal jadi atau "main-main" karena ada keterlibatan investor global di situ.

Jika investasi atau proyek tersebut gagal atau ada korupsi, nama Indonesia di mata internasional akan tercoreng. Ini akan menjadi pertaruhan besar masa depan Indonesia.

Oleh karena itu, pemilihan manajemen Danantara nantinya harus benar-benar profesional, orang-orang yang memiliki kapabilitas dan integritas di level internasional.

Jika jajaran manajemen diisi oleh oligarki atau kental unsur politik, maka masyarakat Indonesia patut khawatir, SWF bisa menjadi bom waktu jika tidak dikelola dengan baik. Indonesia, seharusnya tidak kekurangan profesional dan talenta-talenta terbaik di berbagai bidang.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Keautentikan Lontong Kupang di Alun-alun Bangkalan
Mencecap Keautentikan Lontong Kupang di Alun-alun Bangkalan
Kata Netizen
Jika Kebijakan Minim Bacaan, Ada Risiko Maksimal ke Depannya
Jika Kebijakan Minim Bacaan, Ada Risiko Maksimal ke Depannya
Kata Netizen
Jalan-jalan ke IIBF 2025, Dapat Apa Ya?
Jalan-jalan ke IIBF 2025, Dapat Apa Ya?
Kata Netizen
Berteman dengan Mantan, Kenapa Tidak?
Berteman dengan Mantan, Kenapa Tidak?
Kata Netizen
Ingatan Ibu Memudar, Kisah Merawat Penuh Kasih
Ingatan Ibu Memudar, Kisah Merawat Penuh Kasih
Kata Netizen
Cilincing Menuju Ekonomi Sirkular dari Limbah Cangkang Kerang
Cilincing Menuju Ekonomi Sirkular dari Limbah Cangkang Kerang
Kata Netizen
Lamandau, Menyapa Pesona Alam dan Budaya Dayak di Bumi Bahaum Bakuba
Lamandau, Menyapa Pesona Alam dan Budaya Dayak di Bumi Bahaum Bakuba
Kata Netizen
Dari Niat Mulia ke Aksi Nyata, Mencari Format Ideal MBG
Dari Niat Mulia ke Aksi Nyata, Mencari Format Ideal MBG
Kata Netizen
Sebenarnya Apa Tugas Orangtua ketika Anak Kerjakan PR?
Sebenarnya Apa Tugas Orangtua ketika Anak Kerjakan PR?
Kata Netizen
Tak Perlu Mutung Jika Belum Bertemu Jodoh
Tak Perlu Mutung Jika Belum Bertemu Jodoh
Kata Netizen
Sudahi Guru dan Murid (Saling) Bikin Konten...
Sudahi Guru dan Murid (Saling) Bikin Konten...
Kata Netizen
Pasar Way Halim, SNI-nya Pasar Tradisional
Pasar Way Halim, SNI-nya Pasar Tradisional
Kata Netizen
Mengenang Masa-masa Jadi Pustakawan ketika Masih SMP
Mengenang Masa-masa Jadi Pustakawan ketika Masih SMP
Kata Netizen
Tren Foto Bareng Idola Pakai AI, Apa yang Dicari?
Tren Foto Bareng Idola Pakai AI, Apa yang Dicari?
Kata Netizen
Bagaimana Membuat dan Merawat Perpustakaan Mini di Rumah?
Bagaimana Membuat dan Merawat Perpustakaan Mini di Rumah?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau