Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fery W
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Fery W adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kompas.com, 15 April 2025, 13:24 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pragmatisme Donald Trump memimpin Amerika Serikat tampaknya mulai terlihat dari kebijakan-kebijakan ekonomi seperti Tarif Trump.

Mengutip ucapan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Saresehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, Selasa (06/04/2025), kemarin.

Kebijakan pengenaan tarif resiprokal Trump terhadap 60 negara di seluruh dunia purely transactional hanya sekadar untuk menutup defisit anggaran negeri adi daya tersebut, yang dalam kacamata Trump bersama para sekondannya akibat defisit perdagangan yang terus berlangsung selama ini.

"Jadi ini sudah tidak berlaku lagi ilmu ekonomi. Yang penting pokoknya tarif duluan. Karena tujuannya menutup defisit. Tidak ada ilmu ekonominya di situ," kata Sri Mulyani.

Defisit Perdagangan dan Tarif

Secara sederhana defisit perdagangan merupakan cerminan dari peribahasa "Besar Pasak Daripada Tiang". Keinginan tinggi, tapi dalam saat bersamaan kemampuan untuk memproduksi rendah.

Dalam pandangan Trump, seperti yang saya sarikan dari berbagai sumber informasi yang saya dapatkan, karena defisit perdagangan berlangsung terus menerus, akibatnya melemahkan industri manufaktur di AS dan membuat rantai pasok industri pertahanan menjadi terlalu tergantung pada negara lain.

Lantaran kondisi ini dianggap ancaman, harus ada kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah AS, dengan gaya Trump yang realis, penuh pragmatisme, pendekatan yang dilakukannya sederhana dan mudah diimplementasikan, maka lahirlah kebijakan resiprocal tariff.

Istilah teknis yang berarti tarif imbal balik, apabila kalian kenakan bea masuk terhadap kami, maka kami akan melakukan hal yang sama terhadap kalian.

Arah dari kebijakan ini cukup simpel saja sebenarnya, menyeimbangkan neraca perdagangan atau paling tidak mengurangi defisit perdagangan seperti selama ini berlangsung.

Karena perdagangan global tak ada di ruang hampa dan tidak bersifat searah, tentu saja kebijakan tarif Trump tersebut akan direspon beragam oleh negara-negara counterpartnya, mulai dari retaliasi hingga mengajak berunding ulang.

Apa yang kemudian terjadi adalah menimbulkan perasaan was-was pelaku ekonomi dan pemimpin dunia lainnya, karena kekhawatiran menimbulkan ketidakpastian maka bergejolaklah tatanan ekonomi global, pasar keuangan pusing tujuh keliling, bursa saham di seluruh dunia longsor, dan perang dagang dirasakan sudah di depan mata, ujungnya muncul ketakutan, dampaknya akan menghantam ekonomi global secara telak.

Pertanyaannya kemudian, apakah perihal defisit perdagangan lahir hanya dari neraca perdagangan yang timpang saja?

Ekonom senior Chatib Basri berpendapat, bahwa defisit perdagangan tak semata tentang timpangnya neraca perdagangan, tapi merupakan produk akhir dari banyak hal, mulai dari urusan produktivitas, kuantitas dan kualitas sumber daya domestik, hingga cara Pemerintah dalam mengelola kebijakan fiskal.

Nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor yang kemudian melahirkan defisit perdagangan, bisa terjadi, jika sebuah negara tak memiliki sumber daya domestik yang cukup untuk membiayai kebutuhan investasinya, akibatnya kapasitas mereka untuk menghasilkan produk lebih kecil dari kebutuhan domestiknya.

Untuk mengatasinya, Chatib Basri menekankan pada empat opsi yang mungkin bisa dilakukan, opsi pertama, dengan menaikan tabungan nasional dengan cara mengurangi defisit anggaran.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Kata Netizen
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Kata Netizen
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Kata Netizen
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Kata Netizen
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Kata Netizen
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Kata Netizen
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Kata Netizen
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Kata Netizen
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Kata Netizen
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Kata Netizen
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Kata Netizen
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Kata Netizen
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Kata Netizen
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Kata Netizen
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau