Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Opsi kedua, menurunkan permintaan domestik, dengan cara menaikan suku bunga agar belanja masyarakat melambat dan investasi turun atau dengan memotong anggaran pemerintah.
Opsi ketiga, menaikan produktivitas dengan cara menurunkan ICOR (Incremental Capital Output Ratio), dengan sumber daya yang sama menghasilkan produk yang lebih banyak.Dan opsi terakhir, mengkombinasikan ketiga opsi tersebut
Namun, kebijakan yang didasari oleh teori-teori ekonomi njlimet seperti itu tak berlaku bagi Donald Trump, tindakan yang dilakukannya simpel saja berdasarkan logika sederhana, tetapkan saja tarif resiprokal, semuanya beres.
Dengan kekuatan AS sebagai negara adi daya di hampir setiap sektor, ia yakin "dunia" akan termehek-mehek, dan meminta waktu untuk berdialog dengannya.
Bagi Trump, ekonomi adalah senjata, dan politik adalah tujuannya. Ia mengubah aturan main hubungan internasional, termasuk pandangan soal moralitas Barat dan imperialisme liberal.
Watkins menilai, di balik retorika bombastis Trump tentang tarif, terdapat kalkulasi yang cermat dan tindakan yang terukur. Berbeda dengan Obama dan Biden yang cenderung berhati-hati dan konsisten antara ucapan dan tindakan.
Trump adalah seorang pebisnis yang percaya bahwa perdagangan dapat menciptakan perdamaian, sejalan dengan keyakinan Montesqueieu tentang doux commerce.
Pragmatisme Trump seolah menegaskan bahwa ideologi-ideologi lama, seperti kapitalisme vs sosialisme, liberalisme vs komunisme, bahkan demokrasi liberal/neoliberalisme vs populisme, sudah kehilangan relevansinya.
Dalam konteks ini, konsep "global economy reordering" menjadi relevan. Konsep penataan ulang ekonomi global yang dirancang untuk menguntungkan elite AS, menunjukkan bahwa kebijakan Trump bukanlah sekadar respons reaktif terhadap defisit perdagangan, melainkan bagian dari strategi yang lebih besar dan terencana.
Watkins melihat adanya ambisi untuk mengubah secara fundamental aturan dan dinamika perdagangan internasional yang telah lama mapan.
Ini bukanlah sekadar penyesuaian kecil, melainkan sebuah perombakan besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan dominasi ekonomi AS di panggung dunia, terutama bagi elite ekonominya.
Sebagai analogi, kita bayangkan "huru hara" ini sebagai sebuah permainan catur yang telah berlangsung selama beberapa dekade, di mana AS telah menetapkan aturan dan menjadi wasitnya.
Namun, kini muncul pemain-pemain baru yang kuat, terutama China, yang mulai menantang dominasi AS.
Merasa terancam, AS di bawah kepemimpinan Trump memutuskan untuk "menggulingkan papan catur" dan menuntut dimulainya kembali permainan dengan aturan yang baru.
Kebijakan tarif Trump adalah salah satu alat utama dalam upaya penataan ulang ini. Dengan mengenakan tarif tinggi pada barang-barang impor, AS berusaha untuk melindungi industri domestiknya, mengurangi defisit perdagangan, dan memaksa negara-negara lain untuk bernegosiasi ulang perjanjian perdagangan yang ada.