Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dengan menjaga keseimbangan kehidupan kerja, seseorang akan hidup lebih berkualitas karena tidak terbebani dengan tingkat stres yang bisa berdampak dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Sederhananya saja, ketika seorang Ibu memutuskan untuk bekerja karena kondisi ekonomi keluarganya terpenuhi, maka Ibu akan berharap dapat membagi waktu untuk mengurus keluarganya. Mulai dari membereskan rumah, melayani suaminya, dan tentu mengasuh anak-anaknya.
Dengan menjaga keseimbangan kehidupan kerja, Ibu akan bekerja dengan tenang dan tugas di rumah tangganya pun terlaksana dengan baik. Jika sulit untuk menyeimbangkannya, timbul rasa cemas ketika bekerja karena khawatir dengan pekerjaan di rumah yang ditinggalkan.
Contoh lainnya seorang pekerja yang tidak mendapatkan hari libur. Cenderung sulit untuk bisa mengurusi aspek kehidupan lainnya di luar pekerjaan. Seluruh waktunya dipergunakan untuk bekerja. Jangankan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, membalas pesan di WhatsApp saja ia tidak memiliki waktu.
Seseorang yang gagal menyeimbangkan kehidupannya, akan mendapatkan banyak gangguan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Tidak ada waktu untuk diri sendiri membuat seseorang lupa untuk menjaga dirinya sendiri. Tidak menerapkan pola hidup yang sehat dan cenderung cuek dengan kesehatan diri. Tak jarang ada juga yang sampai merasa tidak sehat secara mental. Merasa gelisah dan mudah marah.
Usia produktif yang kini ditempati generasi Z lebih peduli terhadap work life balance. Bahkan generasi Z merasa bahwa work life balance adalah sebuah kebutuhan.
Bukan dipandang sebagai bonus dalam kehidupan. Justru kondisi yang harus diciptakan dan dicapai karena menjadi kebutuhan yang wajib terpenuhi.
Pernyataan tersebut selaras dengan survei Jakpat pada Februari 2024 yang dikutip dari kompas.id. Dengan jumlah responden 1.262 yang berusia 18 sampai 20 tahun menyatakan bahwa work life balance adalah kebutuhan.
Didukung pula dengan laporan survei Linkedin an Cencuswide bahwa 85% dari 1.004 responden pekerja di Indonesia mengaku mencari pekerjaan baru di tahun 2024. Empat puluh dua persen beralasan karena untuk mencapai work life balance.
Sebenarnya, dalam konsep Manajemen Hubungan Industrial, konsep work life balance akan terwujud jika seluruh aktor yang berperan dalam lingkaran produksi turut mendukung dan menciptakan work life balance.
Seperti peran pemerintah yang membuat peraturan untuk jam kerja, pengupahan, hari libur, cuti, dan lain sebagainya. Tujuannya jelas mensejahterakan masyarakat.
Pemilik atau pemberi kerja harus mematuhi peraturan yang ada. Dengan begitu, para pekerja dapat dengan mudah menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupannya yang lain.
Bukan malah menambah jam kerja dengan upah yang tak sebanding. Ditambah lagi dengan beban kerja yang tinggi dengan dalih tak ingin menambah pegawai agar efisiensi anggaran.
Banyaknya hari libur tak selalu menjadi dasar terbentuknya work life balance jika tidak ada keselarasan antara beban kerja dengan kapasitas pekerja.