Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ada yang masih ingat dialog yang dibawakan Ringgo Agus dalam film 1 Kakak 7 Ponakan tentang worklife balance?
"Nggak ada yang namanya kerja cari nyaman itu, gak ada. Atau jangan-jangan, kamu mau bilang itu apa, mau ikut-ikutan work life balance itu. Ah, itu sih cuma omong kosong orang males aja itu!"
Gaya bicara yang tinggi dan tentunya tak ingin kalah saing dari yang lain. Tak jarang memberikan nasihat kehidupan, yang katanya sih dari pengalaman pribadi.
Kekesalan berhadapan dengan karakter seperti Mas Eka, terkadang malah menyadarkan sebagian orang yang selama ini terlanjur nyaman dengan keadaan.
Ucapan yang realistis dan tanpa disaring terlebih dahulu, membuat yang mendengarnya tertampar karena merasa tersindir dan sadar diri. Dalam momentum tertentu, memang terkadang butuh pengingat dari orang-orang seperti Mas Eka ini.
Sejujurnya, setelah pulang menonton film 1 Kakak 7 Ponakan, kata-kata dari Mas Eka yang terus terngiang dalam ingatan. Seperti sepenggal dialognya di atas. Membuat saya termenung tentang work life balance.
Sebagai akademisi yang rumpun ilmunya turut membahas keseimbangan kehidupan kerja, tentu saya tertarik untuk menganalisis lebih jauh.
Kebenaran ucapan Mas Eka tentang pandangan seseorang yang menuntut work life balance dan juga kemungkinan yang pasti tentang terwujudnya keadaan work life balance.
Bekerja sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Bukan hanya dari segi materi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tetapi bekerja juga menjadi aktivitas positif yang turut mengembangkan potensi diri.
Ada pekerja yang memang tujuannya adalah untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Ada pula yang mementingkan jenis pekerjaan yang dicintai karena sesuai dengan minat dan bakat sehingga menomor duakan penghasilan yang didapatkan.
Apapun latar belakangnya, jelas bekerja menjadi kebutuhan dasar manusia.
Hidup dalam waktu 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu tidak harus selalu berkutat dengan pekerjaan.
Manusia juga punya kehidupannya masing-masing dengan segala urusan dan kepentingan yang berbeda-beda.
Seperti mengurus keluarga, berinteraksi dengan komunitas, bermain dengan teman, istirahat, dan juga waktu untuk dirinya sendiri. Seambisi apapun seseorang dalam pekerjaan, tetap saja tubuh membutuhkan waktu untuk istirahat.
Gambaran tersebut yang membuat seorang pekerja membutuhkan work life balance. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupannya. Konsep ini membagi waktu antara pekerjaan dengan aspek kehidupan lainnya.