Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Lantas, bagaimana dengan orangtua yang tak memiliki kendaraan pribadi?
Di sinilah masalah lain muncul. Bemo, moda transportasi umum di Kota Kupang pada umumnya mulai beroperasi pada pukul 6 pagi.
Tentu hal ini tidak bisa diandalkan karena jika baru berangkat pukul 6 pagi, maka otomatis mereka sudah telat masuk sekolah.
Pilihan lainnya adalah ojek. Akan tetapi, tarif ojek ini bergantung selera si tukang ojek. Kadang bisa dapat harga murah, tapi juga bisa dapat harga yang sangat mahal. Apalagi mengingat waktu berangkat sekolah yang sepagi itu.
Dengan begitu, artinya beban orangtua bertambah karena harus menyisihkan uang tambahan untuk membayar sewa ojek di pagi hari. Bisa dikatakan, harga sewa ojek berjumlah tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan harga sewa bemo.
Memang benar bahwa anak menjadi tanggung jawab sepenuhnya orangtua. Akan tetapi, dengan adanya kebijakan yang dibuat dadakan dan tanpa dikaji secara mendetail, tentu akan membuat orangtua pusing dan kalangkabut.
Belum lagi jika orangtua memiliki beberapa anak dengan jam masuk sekolah yang berbeda. Bayangkan betapa repotnya orangtua tersebut. Jam berapa ia harus bangun di pagi hari agar semua kebutuhan setiap anaknya bisa terpenuhi.
Jadi, apapun alasan pembenaran yang diberikan untuk mendukung masuk sekolah pukul 5 pagi, sebaiknya dengarkanlah juga keluhan para pihak yang tidak dilibatkan saat keputusan tersebut diambil, seperti orangtua murid.
Sebelum memutuskan untuk “memaksa” siswa masuk sekolah lebih pagi, pemerintah kota sebenarnya bisa saja perbaiki sarana dan prasarana yang tersedia terlebih dahulu. termasuk transportasi dan jaminan bagi anak selama berada dalam perjalanan menuju sekolah di pagi yang masih gelap gulita.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Anak Masuk Sekolah Jam 5 Pagi, Orangtua yang Pusing"