Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahéng
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Mahéng adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

ISBN Bukan Penentu Keberhasilan Sebuah Buku

Kompas.com - 28/12/2023, 14:48 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pasangan pemengaruh (influencer) muda, Issa dan Sangkara, memicu kehebohan di media sosial X (Twitter) dengan pengumuman rencana mereka untuk merilis novel yang menggambarkan kisah cinta mereka.

Meskipun banyak netizen skeptis, Issa dan Sangkara memiliki harapan bahwa kisah cinta mereka dapat menginspirasi yang lain. Namun, rencana ini ternyata bersinggungan dengan krisis ISBN yang tengah melanda dunia literasi Indonesia.

Berawal dari keinginan untuk mengabadikan perjalanan cinta mereka, Issa dan Sangkara memutuskan untuk merilis novel yang menceritakan kisah cinta mereka sejak pertemuan pertama hingga membangun hubungan asmara yang penuh warna.

Sejumlah netizen di media sosial X menganggap bahwa novel ini tidak akan memiliki kualitas dan hanya akan menjadi pemborosan nomor ISBN.

Namun, perencanaan ini juga menyoroti permasalahan serius terkait ketersediaan ISBN di Indonesia. Dalam setahun terakhir, Indonesia menghadapi krisis ISBN yang diawali oleh penggunaan yang tidak wajar oleh penerbit pemula dan penerbit indie.

Krisis ISBN di Indonesia: Sebuah Tantangan bagi Dunia Literasi

Isu ISBN menjadi sorotan ketika Badan Internasional ISBN di London memberikan teguran kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) terkait penggunaan ISBN yang tidak wajar.

Selama periode 2020-2021, jumlah buku yang terbit dengan nomor ISBN mencapai 208.191 judul buku. Padahal, nomor ISBN yang diberikan sejak 2018 hanya mencakup 1 juta nomor dan berlaku selama 10 tahun.

Jumlah ISBN yang terbatas, yakni hanya 377.000 nomor, menjadi persoalan serius mengingat rata-rata terbitan buku mencapai 67.340 judul per tahun hingga 2028.

Setelah diselidiki, ternyata banyak draf buku yang telah mengajukan ISBN tidak jadi diterbitkan dengan berbagai alasan, salah satunya karena gagal mendapatkan pendanaan atau hibah.

Di Indonesia banyak penerbit pemula dan penerbit indie yang kerap melanggar penggunaan ISBN dengan mengganti judul buku dari yang diusulkan di awal. Di samping itu, mereka juga tidak memenuhi kewajiban serah simpan atas buku-buku yang sudah diterbitkan dan hanya mencetak buku dalam jumlah kecil, antara 4-5 eksemplar.

Meski di satu sisi kehadiran penerbit-penerbit indie ini menjadi surga bagi banyak pihak yang membutuhkan publikasi buku sebagai bagian dari kenaikan pangkat atau sekadar menaikkan gengsi, namun di sisi lain adanya praktik tidak wajar tadi menyebabkan beberapa penerbit yang benar-benar memiliki komitmen merasakan dampak negatifnya.

Salah satu penerbit yang merasakan lansung dampak tadi adalah Karyakata Publishing. Mereka mengalami kesulitan karena banyak buku yang diterbitkan hanya untuk kepentingan pribadi, sementara buku berkualitas tidak dapat memperoleh ISBN.

Virya Anisa, pemimpin redaksi Karyakata Publishing, menyuarakan kebutuhan untuk lebih memprioritaskan karya berkualitas daripada mempersempit ISBN. Dia menegaskan, "Mengapa harus diperketat lagi? Agar buku-buku dengan karya berkualitas bisa lebih diprioritaskan."

Solusi Alternatif: QR Code Book Number (QRCBN)

Sebagai alternatif, beberapa pihak menyarankan penggunaan QR Code Book Number (QRCBN) sebagai pengganti ISBN. QRCBN memiliki fungsi serupa dalam melegitimasi dan mengidentifikasi informasi buku yang telah diterbitkan.

Menurut Direktur Bintang Semesta Media, Bintang W. Putra, masalah ISBN dapat teratasi dengan fokus pada kualitas karya dan bukan pada nomor ISBN.

Pada akhirnya, kualitas suatu karya tetap menjadi fokus utama, apakah dengan ISBN atau tanpanya. Sebuah pengingat bahwa kesuksesan suatu karya tidak hanya terletak pada label ISBN, tetapi pada substansi dan dampak yang dimilikinya.

Seiring dengan itu, penulis dan penerbit perlu menjaga kualitas karya sebagai prioritas utama.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kualitas, Bukan ISBN, yang Menentukan Keberhasilan Buku"

 
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau