Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Haris
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Abdul Haris adalah seorang yang berprofesi sebagai Bankir. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kompas.com - 25/04/2024, 09:15 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Kombinasi inflasi yang rendah dan stabil dengan nilai tukar Rupiah yang stabil sangat penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ini diatur dalam UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.

Dengan demikian, BI dalam menjaga nilai Rupiah harus sejalan dengan upaya mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengendalian uang beredar tidak hanya berkaitan dengan inflasi, tetapi juga dengan pertumbuhan ekonomi.

Tentu saja, tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi saat ini adalah inflasi yang rendah dan stabil, serta pertumbuhan ekonomi yang baik.

Selain itu, inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh uang beredar dan nilai tukar, tetapi juga oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif listrik, atau transportasi, serta faktor alam seperti cuaca.

Kebijakan yang Diperhitungkan

Krisis ekonomi akibat pandemi akhirnya diatasi melalui kebijakan pembiayaan bersama antara pemerintah dan BI. Kebijakan ini lebih baik daripada hanya meningkatkan jumlah uang beredar, seperti yang diusulkan sebelumnya.

Saat pandemi, ekonomi global dan domestik sedang mengalami kesulitan. Meningkatkan jumlah uang beredar berisiko meningkatkan inflasi, yang akan memperburuk kondisi ekonomi.

Langkah cepat memang diperlukan dalam keadaan darurat, tetapi harus mempertimbangkan risikonya. Kebijakan yang berpotensi meningkatkan inflasi sebaiknya dihindari atau setidaknya diminimalkan.

Namun, ada fenomena menarik selama pandemi. Sebuah artikel berjudul "Inflasi dan Anomali Pertumbuhan Uang Beredar" oleh Haryo Kuncoro mencatat bahwa meskipun terjadi akselerasi jumlah uang beredar pada akhir tahun 2021, angka pertumbuhan uang beredar jauh lebih tinggi daripada inflasi. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berdampak signifikan pada kenaikan inflasi.

Menurut Haryo, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa uang beredar yang berlebihan tidak berdampak pada sektor riil, tetapi hanya disimpan dalam rekening tabungan atau deposito berjangka.

Kondisi ini dapat disebut sebagai anomali, sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu, dalam situasi krisis, kebijakan yang lebih terukur tetap lebih diutamakan.

Kompleksitas Ekonomi

Waktu telah membuktikan bahwa tantangan ekonomi dalam berbagai bentuknya tidak pernah berhenti.

Dari gejolak inflasi tahun 1960-an, krisis moneter 1998, hingga pandemi Covid-19, Indonesia telah menghadapi berbagai ujian. Namun, tantangan-tantangan baru terus muncul, termasuk pengaruh geopolitik yang belum berakhir.

Dalam dinamika ekonomi yang semakin cepat, seperti kemunculan ekonomi digital dan integrasi perekonomian global yang semakin kuat, kompleksitas yang dihadapi semakin meningkat.

BI sebagai bank sentral telah mengadopsi strategi bauran kebijakan yang lebih mutakhir. Kebijakan yang diterapkan tidak hanya berfokus pada aspek moneter, termasuk pengendalian uang beredar, tetapi juga melibatkan kebijakan makro prudensial dan manajemen aliran modal asing.

Selain itu, koordinasi antara pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya semakin intensif, seperti melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan. Koordinasi yang solid diperlukan agar kebijakan yang diambil oleh masing-masing pihak efektif dan sejalan menuju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Saat kita menyadari bahwa tantangan ekonomi tidak pernah berhenti, kita juga harus menyadari bahwa kolaborasi dan kebijakan yang bijaksana adalah kunci untuk menghadapinya.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Alasan Uang Beredar Harus Dikendalikan"

 
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Menghadapi 'Ennui' dan Pallu Mara Tetap Istimewa
Menghadapi "Ennui" dan Pallu Mara Tetap Istimewa
Kata Netizen
Ketika Penderitaan Menjadi Viral, Empati atau Sensasi?
Ketika Penderitaan Menjadi Viral, Empati atau Sensasi?
Kata Netizen
Pengalaman Manis Mengunjungi Perpustakaan Freedom Institute
Pengalaman Manis Mengunjungi Perpustakaan Freedom Institute
Kata Netizen
Kenapa 'Kekerasan' Masih Menyelimuti Dunia Pendidikan?
Kenapa "Kekerasan" Masih Menyelimuti Dunia Pendidikan?
Kata Netizen
Clean Eating, Ketika Makanan Menjadi Bagian dari Proses Penyembuhan
Clean Eating, Ketika Makanan Menjadi Bagian dari Proses Penyembuhan
Kata Netizen
Ruang Sunyi yang Dibutuhkan Suami dan Cara Istri Memahaminya
Ruang Sunyi yang Dibutuhkan Suami dan Cara Istri Memahaminya
Kata Netizen
TKA Perdana Berjalan Lancar, Ini Evaluasi dan Tantangannya
TKA Perdana Berjalan Lancar, Ini Evaluasi dan Tantangannya
Kata Netizen
Cerita Dapur Kampung, Menu Mingguan dari Tanah Sendiri
Cerita Dapur Kampung, Menu Mingguan dari Tanah Sendiri
Kata Netizen
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Tentang

Fitur Apresiasi Spesial dari pembaca untuk berkontribusi langsung untuk Jurnalisme Jernih KOMPAS.com melalui donasi.

Pesan apresiasi dari kamu akan dipublikasikan di dalam kolom komentar bersama jumlah donasi atas nama akun kamu.

Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan yang berisi konten ofensif, diskriminatif, melanggar hukum, atau tidak sesuai etika dapat dihapus tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau