Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ajarkan siswa untuk berani berbicara, mengungkapkan ekspresinya, mengatakan hal yang jujur, dan memberi pesan agar selalu berbuat baik serta jangan sampai terlibat konflik.
Dengan begitu, siswa akan secara perlahan menjadi pribadi yang “tahan banting” dalam menghadapi segala situasi yang terjadi baik di lingkungan sekolah, maupun di luar.
Seiring berjalannya waktu, paradigma dalam menghadapi perlakuan tidak menyenangkan oleh teman telah berubah. Dahulu, kita mungkin diajarkan untuk menjauhi dan menghindari teman yang mempermainkan kita.
Namun, di zaman sekarang, kami mendorong siswa untuk tidak hanya menghindari, tetapi juga untuk menghadapi situasi tersebut dengan bijak.
Belajar keterampilan berkomunikasi yang efektif dan cara mengekspresikan perasaan adalah langkah awal yang penting dalam proses ini.
Belajar menjadi pribadi yang kuat adalah kunci agar terhindar dari perlakuan bullying yang hendak dilakukan oleh teman atau orang lain.
Jangan pernah menunjukkan bahwa dirimu lemah di hadapan orang lain. karena jika sampai itu terjadi, maka kita akan semakin diinjak-injak dan pelaku akan semakin semena-mena.
Akan tetapi, para siswa juga harus memahami bahwa tidak semua situasi dapat diatasi sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan mereka kapan harus melaporkan kepada guru atau orang dewasa yang dipercayai.
Mengajarkan kepedulian, peka akan kondisi dan situasi di sekitarnya, serta berani untuk bicara akan membuat siswa menjadi pribadi yang sigap untuk melaporkan situasi mencurigakan (dalam hal ini indikasi kekerasan) kepada guru maupun orangtua.
Dengan berani melaporkan indikasi kekerasan, tentu ia akan mencegah terjadinya kekerasan di sekitarnya dan ia telah melindungi teman-teman serta dirinya sendiri.
Peran guru dan orangtua penting dalam hal ini, selalu mengajarkan anak untuk berani bicara, mengekspresikan apa yang ia rasakan, mengutarakan pendapatnya, akan membuat anak menjadi pribadi yang tak sungkan untuk mengutarakan buah pikirannya kala menghadapi situasi sulit.
Dengan mengajarkan anak-anak tentang pentingnya berbicara terbuka tentang pengalaman mereka dan merespons dengan empati adalah langkah awal dalam mendeteksi perubahan perilaku yang bisa menjadi tanda-tanda terlibat dalam bullying, baik sebagai pelaku maupun korban.
Orangtua juga harus mengajarkan anak-anak mereka untuk berani melaporkan masalah kepada guru atau pihak sekolah jika mereka menghadapi situasi yang tidak aman.
Siswa harus didorong agar selalu merasa nyaman melaporkan insiden-insiden kekerasan yang mereka alami atau saksikan.
Ini harus didukung oleh peran aktif orang tua dalam mendidik anak-anak mereka tentang empati dan kepedulian terhadap teman atau orang lain di sekitarnya.
Hingga hari ini, pendidikan di Indonesia masih dibangun dalam semangat pembentukan akhlak mulia dan pendidikan karakter yang diupayakan para guru atau pendidik.